Tandaseru — Laga final Liga 3 Zona Maluku Utara antara Persihalsel versus Morotai United yang berlangsung di Gelora Bahrain Kasuba (GBK) Halmahera Selatan, Kamis (23/12), berakhir ricuh.

Pertandingan awalnya berjalan aman, Persihalsel berhasil unggul 1-0 dari tim tamu Morotai United setelah dihadiahi penalti kedua oleh wasit.

Namun laga kemudian jadi ricuh dipicu saling gesek antar sesama pemain di lapangan. Insiden itu memancing amarah manajemen Persihalsel yang langsung masuk menyerang pemain Morotai United. Terlihat sejumlah official Persihalsel masuk memukul salah satu pemain Morotai United.

Akibat insiden itu, manajemen Morotai United langsung menarik diri dari pertandingan dan meninggalkan GBK. Pihak penyelenggara pertandingan mengambil keputusan mengakhiri pertandingan dengan kemenangan jatuh ke tangan Persihalsel.

Manajer Morotai United, Mahmud Kiat, kepada tandaseru.com mengaku kecewa dengan kejadian tersebut.

“Dari awal ketika kami datang kami sudah diteror. Waktu kami menggunakan lapangan Samargalila untuk latihan saja kami diusir. Kemudian pihak panitia dan Pemda Halsel menjamin keamanan untuk tim kami akhirnya kami putuskan untuk tetap ikut pertandingan hingga selesai. Namun setelah menjelang laga final mes kami didatangi suporter Persihalsel dan melakukan intimidasi dan pengancaman, kemudian tim official Persihalsel memukul pemain kami di lapangan. Itu adalah tindakan yang mencoreng nama baik persepakbolaan di Maluku Utara,” kesalnya.

Menurut Mahmud, pihaknya mengambil langkah menarik diri dalam pertandingan karena official yang seharusnya menjadi tonggak awal sportifitas mendukung lajunya persepakbolaan di Maluku Utara malah mendahului melakukan kekacauan dengan masuk memukul pemain di dalam lapangan.

“Kami pastikan akan melanjutkan semua kronologi selama pertandingan dan selama kami di Halmahera Selatan ke Komisi Disiplin PSSI. Janji panitia dan pemda soal menjamin keamanan tim tamu ternyata tidak bisa dijaga dan dicoreng oleh official Persihalsel,” tandasnya.