Berkat loyalitas dan kerja kerasnya dalam bertugas, Aloed pernah diberi penghargaan sebagai security terbaik di jajaran Pengadilan Tinggi Maluku Utara saat hari ulang tahun Mahkamah Agung Tahun 2014 silam.
Pria bertubuh tinggi tegap ini pun pernah ditawari menjadi petugas keamanan di Kejari Ternate di masa Kepala Kejari Eri Satriana. Tak tanggung-tanggung, tawaran gajinya dua kali lipat lebih besar dari gaji di PN Ternate. Namun, tawaran itu ditolaknya secara halus karena lebih memilih mengabdi di pengadilan.
Menjadi advokat rupanya bukan karena terinspirasi dengan lingkungan kerjanya di pengadilan atau dari rekan-rekan advokat. Cita-cita itu telah diimpikan Aloed sejak usia remaja.
Aloed mengisahkan, dulu di kampung halamannya di Tual, ada satu peristiwa hukum, yakni kasus penganiayaan hingga meninggal dunia.
Pihak korban dalam kasus itu adalah keluarga kurang mampu.
Saat di persidangan, terdakwa dalam kasus tersebut dijatuhi hukuman yang dirasa tidak memberikan rasa keadilan bagi pihak korban.
Selain itu, ketimpangan penegakan hukum yang tebang pilih antara orang miskin dan orang kaya yang masih saja terjadi membuat hati Aloed tergerak untuk menjadi advokat.
“Tujuan saya sudah bulat untuk menjadi seorang lawyer untuk membantu masyarakat yang tidak mampu,” ujarnya.
Perjalanan Aloed hingga menjadi advokat pun tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Pekerjaannya yang hanya seorang honorer ditambah tanggungan menghidupi anak istri membuatnya harus pintar-pintar membagi waktu dan berhemat.
Dari gaji yang tidak seberapa, Aloed menyisihkan sedikit demi sedikit untuk biaya kuliah. Hingga di tahun 2015, Aloed akhirnya dapat berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Ternate.
Tinggalkan Balasan