“Semenjak dilantik, pengurus Gekrafs sudah ada ketua-ketuanya di 6 kabupaten/kota. Jadi kita akan menyusun formula untuk pengurus yang ada di DPC dan DPW ke depan bisa bersinergi, begitu juga dengan kabupaten lain yang belum bergabung. Semua itu dilakukan untuk fokus pada pengembangan ekonomi kreatif yang ada di Maluku Utara,” terangnya.

Ia melihat, di Ternate, Tidore, maupun kabupaten lainnya sudah ada banyak gerakan komunitas. Lahirnya komunitas ini, kata dia, jangan seperti sepak bola dimana ada yang kalah dan ada yang menang. Sebaliknya, komunitas harus bersinergi dan kolaborasi untuk melahirkan tujuan yang lebih besar.

“Intinya mari kita jalan bersama-sama, saling memberi manfaat dan dampak yang baik, kenapa tidak? Jadi Gekrafs pada posisi ini terus memberikan edukasi, untuk berdaya bersama dan berdampak bersama,” tandasnya.

Ketua Jarkot Zandry Aldrin menyampaikan, perkembangan ekonomi kreatif sebagai satu arus baru jika dikawinkan dengan pola gerak komunitas yang alamiah namun sistemik memberikan dampak positif terhadap aspek sosial, budaya, dan lingkungan.

“Dari segi aspek sosial, majunya ekonomi kreatif bisa mengangkat citra positif dan identitas kita. Selain itu dapat menumbuhkan kreativitas anak muda yang mendorong inovasi untuk penciptaan usaha baru,” jabarnya.

Sementara dari segi budaya, sambung Zandry, adanya peningkatan pemahaman antarbudaya. Di samping itu, dapat meningkatkan kepedulian masyarakat untuk melestarikan budaya dan lingkungan.

“Melalui ekonomi kreatif, kita juga dapat menumbuhkan perekonomian secara inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.