Menu yang ditawarkan beragam, mulai dari aneka kopi hingga makanan ringan.
“Kalau makanan ringan kayak tahu kahona kami ambil dari ibu-ibu yang jualan di seputaran Desa Muhajirin dan kita jual berdayakan di sini,” paparnya.
Menariknya, ada menu unik yang ditawarkan Warkop Morotia, yakni sop ikan tuna kelapa muda, kopi kelapa muda, dan teh kelapa muda.
Rahmat terinspirasi menghadirkan sop tersebut lantaran membaca tulisan di media sosial tentang air kelapa muda di Malut yang hanya dimanfaatkan untuk diminum, bahkan kadang dibuang begitu saja.
Dari situlah ide unik itu muncul. Apalagi setelah bertemu Dr. Mukhtar Adam, pembimbing BUMDes Pulau Morotai.
“Doktor Mukhtar bilang, gimana, bisa nggak buat itu? Akhirnya kita coba dan disaksikan langsung oleh seluruh Bumdes yang berada di seputaran Daruba dan juga masyarakat setempat,” jelasnya.

“Jadi intinya niat kami itu mengangkat budaya karena kita mayoritasnya mempunyai lahan yang banyak dan kelapa yang juga luar biasa tidak hanya dijual dan diolah mentah pun bisa,” imbuh Rahmat.
Butuh dua pekan untuk menemukan rasa sop ikan tuna kelapa muda yang sesuai selera. Namun begitu menu tersebut diluncurkan langsung laris manis.
Kurang lebih tiga pekan beroperasi, Warkop Morotia sudah mendapatkan laba Rp 9,3 juta.
“Alhamdulillah penjualannya di atas Rp 9,3 juta dalam tiga minggu penjualan dari modal awal (bahan) Rp 5 juta,” rincinya.



Tinggalkan Balasan