Tandaseru — Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Pulau Morotai, Maluku Utara, saling tolak tanggung jawab dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa soal pembangunan kembali kantor Desa Hino yang dibakar beberapa waktu lalu.

Kantor Desa Hino di Kecamatan Morotai Timur dibakar salah satu warga pada 23 November 2020 lalu.

Sekretaris Dinas PUPR Pulau Morotai, Ramlan Drakel, ketika dikonfirmasi mengaku sejauh ini belum ada permintaan dari Dinas PMD soal nilai anggaran perbaikan kantor desa.

“Sampai sekarang kami juga belum turun. Dan belum ada permintaan untuk PU turun,” ucap Ramlan, Selasa (22/6).

Menurutnya, seharusnya Dinas PMD mengajukan permintaan ke PUPR supaya PUPR juga bisa tahu angka kerugian.

“Terus struktur bangunannya setelah kebakaran kita lihat strukturnya. Apakah masih bisa digunakan, atau harus dibongkar baru dan dibangun yang baru lagi,” tuturnya.

“Kalau sudah ada (permintaan) dari dinas terkait ya kita dari PUPR turunkan tim untuk menghitung kerugiannya. Kemudian kita hitung pembangunannya berapa anggaran yang harus digunakan lagi,” terangnya.

Ramlan bilang, ia juga belum tahu anggaran pembangunan kantor desa tersebut bersumber ke instansi mana.

“Kalau kerugian atau kebutuhan-kebutuhannya, Dinas PUPR hanya teknis saja. Dan pekerjaannya tergantung dari PMD serahkan ke kita, kita kerjakan. Tapi pos anggarannya kita belum tahu dari mana,” akunya.

Disentil soal pengakuan pemerintah desa setempat bahwa PUPR Morotai akan melakukan pengukuran kantor desa, Ramlan menyatakan PUPR belum pernah melakukan pengukuran dimaksud.

Kepala Dinas PMD Pulau Morotai, Marwan Sidasi yang dikonfirmasi terpisah mengatakan dirinya sudah berkoordinasi dengan pemdes setempat.

“Sudah dua kali saya koordinasi dan terakhir kemarin di tanggal 16 Mei itu saya monitoring di desa mengawasi karena itu aset desa,” ucap Marwan.

Marwan bilang, untuk anggaran kantor desa yang akan dibangun wilayahnya ada di PUPR.

“Karena itu teknis. Jadi kalau soal hitung-hitungan itu teknisnya ada di PU,” timpalnya

“Untuk angka kerugiannya sekitar RP 200 juta lebih. Yang jelas di sana itu terbakar dan sudah habis semua,” tandasnya.