Tandaseru — Akademisi Universitas Khairun, Dr. Aziz Hasyim mengkritisi pernyataan Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah Kota Ternate, Rizal Marsaoly, soal Bappelitbangda menjadi leading sector dalam menggerakkan Segitiga Emas.
Doktor perencanaan pembangunan wilayah dan perdesaan ini menyatakan, penggunaan diksi leading sector dalam mendorong Segitiga Emas kurang tepat, sebab penggunaan kata ini biasanya digunakan untuk penentuan apakah sektor tersebut menjadi basis atau services (non basis).
“Oleh karenanya, jika Bappelitbangda Kota Ternate ingin menjadi lokomotif atau penggerak utama soal Segitiga Emas, mestinya kata yang paling tepat adalah Bappelitbangda menjadi prime mover, bukan leading sector,” ujarnya kepada tandaseru.com, Senin (21/6).
Selain itu, sambung Aziz, berbicara Segitiga Emas maka hal penting yang harus dilakukan adalah merumuskan blueprint tentang ide besar dan baik ini.
“Sebab jika membacanya dalam konteks perencanaan, maka konsep Segitiga Emas sesungguhnya adalah ingin membangun pola hubungan yang generative antarwilayah sehingga terjadi keberimbangan. Karena pola hubungannya generative, maka tidak sekadar bicara soal pangan lokal. Ia hanya satu dari sekian variabel yang harus dirumuskan secara kredibel dan terukur,” jabarnya.
“Selain itu, jika berbicara soal ekonomi, sudahkah dirumuskan komponen ekonomi wilayah di masing-masing daerah? Mengingat komponen ekonomi wilayah setiap daerah sedikit tidaknya memiliki perbedaan,” tukas Aziz.
Ia berharap, rumusan konsep tentang Segitiga Emas harus lebih sistematis dan terukur.
“Serta harus dipahami dalam konteks membangun pola hubungan generative antarwilayah dan bukan lagi parasitive,” tandas Aziz.
Tinggalkan Balasan