Tandaseru — Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Ternate, Maluku Utara, Risval Tri Budiyanto mengatakan, pembangunan tanggul pemecah gelombang (breakwater) Pelabuhan Hiri dipastikan akan menggunakan konstruksi tetrapod.

“Saat dimintai penjelasan dari Wali Kota, saya menyarankan agar breakwater Pelabuhan Hiri menggunakan konstruksi yang kuat, yakni tetrapod. Alhamdulillah itu diterima Pak Wali Kota dan langsung memerintahkan Dinas PUPR untuk menghitung berapa anggaran yang bisa diterapkan,” kata Risval, Senin (24/5).

Risval bilang, penggunaan tetrapod sebagai konstruksi awal. Pembangunan sendiri dilakukan bertahap.

“Saya sudah usulkan, jika ada hibah berupa tetrapod dari kementerian, maka itu lebih bagus,” ucapnya.

Menurut Risval, daerah pesisir di Ternate memiliki ombak yang tidak menentu, sehingga konstruksi konvensional tidak bisa menahan ombak. Risval mengakui, nilai investasinya memang lebih mahal, tapi dari sisi umur rencana jauh lebih panjang.

“Biaya keseluruhan konstruksi sudah pasti murah dibandingkan dengan kerja, rusak, kerja lagi dan terus-menerus seperti itu yang terjadi,” jelasnya.

Menurutnya, penggunaan batu kosong bukan lagi menggunakan konstruksi struktur. Sementara daerah Pantai Sulamadaha dikenal dengan ombak yang cukup besar.

“Konstruksi batu kosong ini kan penahan ombak bagi daerah-daerah yang bukan untuk fungsi struktur, jadi ketika terjadi hempasan ombak yang sifatnya secara tiba-tiba atau di luar kekuatan ombak biasa, nah itu pasti hancur,” jelasnya.

Sebelumnya, penggunaan tetrapod ini pernah disampaikan Risval kepada Aliansi Masyarakat Pulau Hiri saat melakukan pertemuan di Dinas PUPR beberapa bulan lalu. Hanya saja pada saat ia mengusulkan itu, pihak AMPUH sendiri menyebutkan konstruksi tersebut terlalu mahal sementara anggaran yang tersedia sangat terbatas.

Risval memastikan, pengerjaan penahan ombak bisa selesai pada tahun ini. Terpenting anggaran yang disiapkan cukup, termasuk di APBD-P.

“Secara teknis bisa dikerjakan, tapi kita lihat keuangannya dulu,” ujarnya.

“Karena ini prosesnya pengecoran mal, kan ini pracetak baru diangkat, sehingga agak lama pada pengeringan. Untuk beton saja pengeringan butuh 21 hari, jadi ini yang agak repot. Mencetaknya banyak, kemudian waktu sempit,” pungkas Risval.

Senada, Plt Kepala Bappelitbangda Kota Ternate, Rizal Marsaoly membenarkan dalam pertemuan dengan Wali Kota, Kadis PUPR diminta menghitung anggaran dengan kajian teknis.

Rizal mengatakan, Wali Kota berharap kualitas breakwater yang akan dibuat bertahan dalam jangka waktu yang lama, meski dimulai dengan anggaran yang terbatas. Sehingga nantinya akan digunakan tetrapod untuk penahan gelombang.

“Pak Wali suruh hitung. Nanti berapa uang yang ada ini, kemudian sisanya nanti Pak Wali Kota akan ketemu dengan kepala BWS untuk minta hibahkan ke Pemkot kalau nantinya mereka ada pengadaan (tetrapod),” pungkasnya.