Hal lain, kata dia, yang dapat ditekankan Pemerintah Kota Ternate adalah tawuran antar kampung (tarkam) di mana dalam tahun-tahun awal kepemimpinan Haji Bur, tarkam terbilang begitu marak terjadi.

“Dengan makin tersedianya ruang terbuka bagi publik khususnya di Kota Ternate, perlahan-lahan tawuran pun tak lagi terdengar,” ujarnya.

Pada periode pertama, tambah Herman, Haji Bur juga menggagas dan menata Benteng Oranye (Fort Oranje) sebagai cagar budaya. Atas usaha serius dan kerja kerasnya, Benteng Oranye pun kini dapat menjadi area publik yang ditata secara representatif.

Food Court Armada Semut sebagai ruang publik dan pusat perputaran ekonomi baru Kota Ternate. (Istimewa)

Terobosan kebijakan lain, yakni memfungsikan dan mengembangkan ruang publik, misal taman kota, di mana pengembangan ruang publik ini dalam perspektif sosiologi perkotaan lebih dikenal sebagai ruang prosesual (prosesi sosial), di mana warga kota dapat berdialog, saling berinteraksi, saling membincangkan berbagai hal.

“Makin terbuka ruang untuk warga berdialog, makin terbangun suasana kohesivitas sosial. Walaupun pada sisi lain mungkin masih terdapat kelemahan,” ungkapnya.