Pertumbuhan ekonomi pembangunan eksploitatif berdampak terhadap risiko ekologis yaitu kemelaratan, degradasi lingkungan, banjir, dan masalah sampah. Sampah menumpuk tak terkendali dengan baik tentu merusak citra keindahan lingkungan, sebab kerusakan ekologis itu adalah rentetan peristiwa pertumbuhan ekonomi tak terkendali.

Menumpuknya sampah di Kota Ternate beberapa tahun belakangan telah menjadi ancaman kegagalan pemerintah baik pemerintah kota maupun dewan rakyat sebagai pengontrol atau pengawal tak mampu merespon proyek dunia dicanangkan.

Sustainable development pada dasarnya menjaga ketahanan keindahan lingkungan. Tentu, menyikapi segala pertumbuhan ekonomi itu dilakukan dengan penataan kota serta keteraturan transportasi menjaga keselarasan lingkungan. Salah satu ialah penghematan energi bukan berarti korup secara praktis politik. Penghematan energi bahan bakar itu untuk menyikapi dampak-dampak pencemaran udara.

Seyogyanya perlu diciptakan kesadaran bebas asap ruang terbuka hijau, ruang bersepeda, jalur jalan kaki, parkiran roda empat atau roda dua jauh dari aktivitas masyarakat, kebijakan politik berkelanjutan peduli energi, sampah maupun kemelaratan ekonomi sehingga dapat merealisasikan proyek SdGs tersebut. Kehadiran pemerintah kota dan dewan rakyat masih jauh dari kesadaran ekologis berarti pemerintah dan dewan rakyat kerapkali berada dalam zona kenyamanan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu ukuran kegagalan kota ialah kurangnya kepercayaan (distrust) rakyat terhadap pemerintah, entah itu soal politis atau soal kesadaran kritis. Artinya suara rakyat adalah segala-galanya. Kepedulian terhadap lingkungan berarti keyakinan teehadap kemajuan pembangunan berkelanjutan masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.(*)