Tandaseru — Para siswa di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara sudah diizinkan belajar tatap muka di sekolah. Namun sejumlah sekolah memutuskan belum belajar seperti biasa sampai saat ini.

Pembukaan sekolah ini berdasarkan Surat Edaran (SE) Gubernur Maluku Utara (Malut) Nomor 421.7/1645/2020 tentang Kebijakan Penyelenggaran Pembelajaran di Satuan Pendidikan Paud/SD/MI/SMP/MTs/SMA/SMK/SLB dan Satuan Pendidikan Lainnya Tahun Pelajaran 2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Tertanggal 31 Agustus 2020.

Dalam surat edaran itu Gubernur menyatakan sekolah baik tingkat SD, SMP dan SMA di wilayah Malut sudah diizinkan untuk belajar tatap muka langsung.

Sejumlah sekolah yang belum beroperasi seperti biasa adalah SMA Negeri 1 Morotai, SMP Negeri Unggulan I dan SD Negeri Unggulan I.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Morotai Revi Dara mengaku telah menindaklanjuti edaran Gubernur tersebut.

“Edarannya sudah kami sampaikan ke seluruh sekolah,” ungkapnya, Senin (7/9).

Revi bilang, SDN Unggulan I dan SMP Unggulan I belum dilakukan belajar tatap muka langsung lantaran bangunan dua sekolah tersebut masih digunakan untuk tempat karantina.

“Besok kami gelar pertemuan dengan tim gustu, baru diputuskan siswa di dua sekolah ini ditempatkan di mana untuk sementara waktu, ” katanya.

“Dan siswa yang telah mengikuti belajar tatap muka langsung mengikuti protokol kesehatan mulai dari pakai masker, jaga jarak 1,5 meter, cuci tangan dan siswa belajar menggunakan dua shift. Shift pertama masuk pagi dan kedua masuk siang,” paparnya.

Kepala Sekolah SMAN I Morotai M. Hatta Hi. Saraha ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya mengaku belum menindaklanjuti surat edaran Gubernur itu. Sebab pihaknya baru menerima surat tersebut.

“Belum kami terapkan belajar tatap muka langsung, karena kami harus mempelajari isi surat edarannya dulu,” kata, Senin (7/9).

Hatta bilang, setelah mempelajari isi surat edaran, tidak serta-merta bisa langsung membuka sekolah. Sekolah harus lebih dulu menggelar rapat dengan orang tua siswa dan Gugus Tugas Covid-19 untuk meminta persetujuan.

“Jadi setelah dipelajari isi edarannya, kami akan rapat komite setelah itu baru rapat dengan orang tua siswa dan terakhir berkoordinasi dengan tim gugus Covid-19 Morotai. Hal ini dilakukan mengantipasi jika terjadi sesuatu dengan siswa menjadi tanggung jawab bersama,” tuturnya.

Menurut Hatta, jika belajar tatap muka langsung diterapkan, SMA 1 bakal keteteran. Sebab jumlah siswa sekolah ini cukup banyak.

“Total siswa 782 orang. Setiap ruangan sesuai yang ditetapkan kurikulum setiap kelas sebanyak 35 orang. Kalau bagi dua shift, maka sebagian siswa masuk pagi dan sebagian masuk siang. Bagi saya ini cukup sulit karena jumlah siswa banyak,” jelasnya.

Namun Hatta berjanji akan menerapkan edaran tersebut jika ada persetujuan bersama.

“Intinya jika ada kesepakatan dari orang tua siswa dan tim Gugus Covid-19 Morotai, maka kami akan menerapkannya,” janjinya.