Tandaseru — Para pedagang Pasar Basanohi Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul), Maluku Utara meminta Pemerintah Kabupaten segera memperbaiki atap dan plafon bangunan pasar yang rusak. Pasalnya, ketika turun hujan dagangan mereka jadi basah kuyup jika tak ditutupi terpal.
Rosmi Lek, salah satu pedagang kepada sejumlah awak media mengungkapkan, saat ini pedagang menilai pemerintah tidak becus mengurusi bangunan maupun nasib pedagang. Bangunan yang mereka tempati saat ini sudah mulai rusak dan tidak memberikan rasa nyaman namun Pemkab tetap tak turun tangan.
Kondisi pasar yang mulai bocor membuat pedagang terpaksa membeli terpal untuk menutupi dagangan mereka. Sebab setiap kali hujan, jualan para pedagang sering menjadi sasaran hujan yang mengakibatkan rusaknya barang dagangan.
“Selain atap yang bocor, sejumlah plafon bangunan juga sudah mulai rusak. Saluran pembuangan air limbah yang tersumbat juga mengakibatkan pembeli dan pedagang yang berada di dalam gedung terpaksa menghirup aroma bau busuk,” ungkap Rosmi.
Untuk itu, mewakili para pedagang, Rosmi meminta Bupati Kepsul Hendrata Thes segera turun dan meninjau kondisi pasar tersebut. Pedagang juga meminta Pemkab menyelesaikan beberapa masalah yang menjadi kebutuhan dasar mereka.
“Jika kebutuhan kami sudah terpenuhi, maka segala aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh Pemkab itu tidak lagi dihalang-halangi. Saat ini kami marah kepada pemerintah karena terkesan tidak mengurus pedagang yang ada di pasar ini. Jadi kami berhentikan pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kepsul,” tegas Rosmi.
Pedagang lain, Foni mengatakan, selama ini dirinya terus membayar pajak. Tetapi dengan kondisi pasar yang mulai memprihatinkan, mengakibatkan sejumlah dagangan sering busuk dan menyebabkan banyak kerugian.
“Iya, setiap bulan kita bayar pajak, satu petak Rp 90 ribu. Namun bangunan tidak sesuai dengan pajak yang mereka berikan,” kesalnya.
Foni juga menyebutkan, pedagang yang ada di bangunan pasar tersebut diperkirakan sebanyak 100 orang lebih. Selain yang ada di dalam bangunan, ada juga yang berjualan di tempat terbuka yang disediakan pemerintah. Pedagang di tempat terbuka itu setiap hari membayar retribusi Rp 2 ribu.
“Bukan keuntungan yang mereka dapati, tetapi kerugian. Sebab bangunan yang Pemkab sediakan tidak menarik perhatian pembeli. Atap yang bocor itu kemudian merusak semua jualan kita,” pungkas Foni.
Tinggalkan Balasan