Yo rewa dedo ua (masih terus menyebar)

Yo kololi dunia (hingga ke seluruh dunia)

Mega ma sabab (apa sebab dari semua ini)

Ya Allah

To lahi dofu ua (kami tidak meminta lebih)

So suru-suru ifa (semoga ini cepat berlalu)

Nyinga yo susah (hati pun terasa risau)

Toma sujud ma doya (dalam sujud terus berdoa)

Maku sogise maku soninga (saling mendengarkan dan mengingatkan bersama)

Ino fo sobaka doa (marilah bekerja sama serta berdoa)

Lahi yo sosira (meminta untuk ringankanlah)

 

Tandaseru – Suara Muhammad Syafril lirih senandungkan lirik-lirik Sobaka Doa. Lagu terbaru Simple Acoustic itu punya makna mendalam. Soal wabah Covid-19.

Sisipan doa di tengah lagu berbahasa Tidore ini kian menguatkan efek merinding bagi pendengarnya. Sehari diunggah di kanal Youtube Simple Acoustic, tembang ini sudah 8,5 ribu kali ditonton warganet.

Penggarapan video klip Sobaka Doa pun begitu mengesankan. Membuat haru yang menontonnya. Ada kisah perjuangan para tenaga medis dalam video berdurasi 3,56 menit itu.

Kepada tandaseru.com, Syafril mengungkapkan cerita di balik Sobaka Doa yang berarti Mari Kita Panjatkan Doa. Lagu itu diciptakan Tatang Efendi Yahya, gitaris Simple Acoustic.

“Kesimpulan dari lagu ini adalah tentang orang-orang yang menganggap remeh wabah ini agar lebih ikhtiar dan mari bekerja sama untuk memutuskan mata rantai Covid-19 serta berdoa agar musibah ini cepat berlalu,” tutur pemuda 20 tahun ini, Rabu (3/6).

Sesuai slogan #dirumahsaja, proses rekaman Sobaka Doa pun dilakukan di kamar Syafril di Kelurahan Gurabati, Kecamatan Tidore Selatan, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.

Tanpa merekam audio lebih dulu, Sobaka Doa direkam secara live dengan sound card. Menurut Syafril, cara itu dipilih agar proses rekamannya tak ribet.

“Rekamannya sejam saja tuntas,” ujarnya.

Deon NSD, salah satu rekan Syafril yang lantas menyunting video klip Sobaka Doa. Begitu rekaman tuntas, videonya langsung dikirim ke Deon untuk penyuntingan. Kebetulan, Deon juga anggota tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Begitu kelar dan dibagikan di kanal Youtube, lagu ini jadi viral di Maluku Utara.

Sambutan hangat ini tentu menggembirakan personel Simple Acoustic yang sudah dua tahun berkarya bersama.

“Alhamdulillah, terima kasih kalau orang-orang semua senang dengan hasil karya ini, torang juga senang. Dan intinya semoga wabah ini cepat berlalu. Saya sendiri yang menonton video itu juga merasa sedih,” ucap Syafril.

Simple Acoustic sendiri dikenal dengan tembang-tembang berbahasa Tidore yang mereka nyanyikan. Band yang digawangi Syafril, Tatang, Zulham Ibrahim (bas), Helmizar Zakaria (gitar lele), Fitra Sangadji (suling), serta Adi Rahmat Yahya dan Ustek Togubu (tifa) ini juga kerap tampil dalam event-event di Malut dan daerah lain di Indonesia.

“Kami juga punya pemain musik cadangan saat pemain inti punya kesibukan lain, yakni Bachtiar Yusuf di gitar, Adi Farhan di suling dan M. Risky Ibrahim yang main tifa. Lalu manajer kami Balbo Azu,” sambung Syafril.

Syafril dan Simple Acoustic berharap, karya mereka bisa mendorong warga Malut kian aware dengan bahaya Covid-19 dan ikut memutus mata rantai penyebaran virus corona.

“Diam di rumah sebisa mungkin, lindungi diri dan orang-orang terdekat. Baku bilang dan baku kase ingat, semoga wabah ini cepat berlalu,” pesan Syafril.

Hingga Rabu kemarin, kasus positif Covid-19 di Malut mencapai angka 176 kasus. 16 orang di antaranya meninggal dunia.

#DataTerbaruKasusCorona Maluku Utara Per Rabu (3/6) ini. (Tandaseru/Hariyanto Teng)