Oleh: Ilham Djufri, ST.,M.Kom

Sekretaris Pemuda ICMI Maluku Utara

_______

HARI Guru yang diperingati setiapa tanggal 25 November merupakan momen istimewa untuk mengingat dan menghargai peran besar para guru dalam membentuk masa depan generasi penerus. Guru adalah sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan nilai-nilai kehidupan bagi para siswa. Mereka adalah pelita dalam kegelapan, yang dengan sabar dan tulus memberikan cahaya ilmu kepada murid-muridnya. Banyak dari kita yang memiliki kenangan tentang guru yang telah menginspirasi, mendukung, dan memotivasi kita untuk meraih mimpi. Guru yang berdedikasi mampu menyalakan semangat belajar dan membantu kita menyadari potensi diri yang mungkin belum kita sadari sebelumnya.

Namun, saat ini telah terjadi perubahan dalam proses belajar mengajar. Pengaruh teknologi telah menjadi elemen esensial dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Sehingga tantangan besar muncul ketika banyak guru, termasuk di Maluku Utara, mengalami gagap teknologi (gaptek). Fenomena ini sering terlihat dalam keterbatasan guru dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran, baik di kelas konvensional maupun virtual. Hal ini harus menjadi perhatian serius bagi siapapun yang terpilih menjadi Gubernur mengingat kebutuhan akan keterampilan digital semakin mendesak.

Kurangnya adaptasi terhadap teknologi sehingga guru masih menggunakan metode pengajaran tradisional tanpa berupaya memanfaatkan perangkat digital. Akibatnya pembelajaran menjadi monoton dan kurang relevan dengan kebutuhan generasi digital saat ini. Minimnya inisiatif untuk belajar teknologi baru menunjukkan ketidakselarasan antara pendidikan dan perkembangan zaman. Kurang memadai pelatihan teknologi sehingga masih banyak guru mengeluhkan minimnya pelatihan atau pendampingan untuk menguasai perangkat dan aplikasi teknologi. Namun, di sisi lain, terdapat pula guru yang kurang proaktif dalam memanfaatkan peluang pelatihan yang disediakan pemerintah atau institusi swasta.

Kendala psikologis dan sikap mental enggan berubah, rasa takut salah, atau asumsi bahwa teknologi hanya cocok untuk generasi muda menjadi penghalang bagi banyak guru untuk mengadopsi teknologi. Akibatnya, ada kecenderungan untuk bertahan pada pola lama tanpa upaya signifikan untuk berubah. Kesenjangan infrastruktur di beberapa wilayah, terutama di daerah terpencil seperti beberapa bagian Maluku Utara, keterbatasan akses internet dan perangkat teknologi membuat adaptasi guru terhadap teknologi menjadi lebih sulit. Sehingga memperparah ketertinggalan dalam dunia pendidikan.

Untuk Mengatasi Gagap Teknologi maka perlu dilakukan pelatihan rutin dan terstruktur oleh Gubernur yang terpilih nanti harus secara aktif menyelenggarakan pelatihan teknologi berbasis praktik. Pelatihan ini perlu dilakukan secara berkelanjutan dan menyesuaikan kebutuhan guru di berbagai tingkatan. Selain itu, pelatihan berbasis komunitas dapat memberikan ruang bagi guru untuk belajar dari rekan sejawat. Pemberian insentif untuk pembelajaran teknologi.

Guru yang aktif meningkatkan kompetensi teknologinya dapat diberi insentif, baik dalam bentuk tunjangan, penghargaan, maupun peningkatan jenjang karir. Ini akan mendorong motivasi guru untuk terus belajar dan berinovasi.

Pendekatan kolaboratif antara Guru dan Siswa, siswa yang lebih melek teknologi dapat dilibatkan sebagai mitra pembelajaran. Guru dan siswa dapat berkolaborasi untuk mengintegrasikan perangkat teknologi ke dalam proses belajar-mengajar, sehingga tercipta suasana saling belajar yang menyenangkan. Pengembangan infrastruktur teknologi pendidikan, gubernur yang nanti perlu berinvestasi dalam pengadaan perangkat teknologi, seperti komputer, proyektor, dan akses internet. Selain itu, pemanfaatan aplikasi pembelajaran berbasis offline bisa menjadi solusi sementara bagi daerah yang memiliki keterbatasan internet.

Perubahan mindset guru sebagai upaya sosialisasi untuk membangun kesadaran bahwa teknologi adalah alat pendukung, bukan ancaman, sangat penting. Guru harus didorong untuk mengubah pola pikir dari “sulit dan rumit” menjadi “mudah dan bermanfaat.” Program motivasi seperti seminar dan lokakarya inspiratif bisa membantu perubahan sikap ini.

Menciptakan lingkungan belajar digital, sekolah dapat mengembangkan platform e-learning sederhana yang bisa diakses oleh guru dan siswa. Guru akan merasa lebih terdorong untuk belajar teknologi jika sudah tersedia sistem yang terintegrasi dengan kebutuhan pembelajaran.

Masalah gagap teknologi di kalangan guru merupakan tantangan serius yang harus diatasi dengan pendekatan kolaboratif antara pemerintah, sekolah, dan guru itu sendiri. Pendidikan modern tidak bisa dilepaskan dari teknologi, sehingga keterampilan digital menjadi salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh setiap guru. Dengan dukungan pelatihan, infrastruktur, dan perubahan mindset yang tepat, para guru diharapkan mampu memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menarik, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan generasi muda saat ini. Upaya ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga membawa Indonesia lebih dekat ke masa depan pendidikan berbasis teknologi yang lebih maju dan inklusif. Selamat “Hari Guru”. (*)