Oleh: Abdurahman Hoda
Ketua STPK Banau Halbar
_________
DI era digital, peran guru mengalami transformasi signifikan. Teknologi telah mengubah cara kita belajar, bekerja, dan berinteraksi, namun esensi seorang guru tetap relevan. Dalam dunia yang dipenuhi oleh akses informasi tanpa batas, eksistensi guru justru semakin penting sebagai penyaring, pembimbing, dan inspirator bagi generasi muda.
Saat ini perkembangan teknologi tidak tebendung lagi. Munculnya Artificial Intelligence (AI) atau yang dikenal dengan akal mutasi telah menjadi salah satu inovasi teknologi paling signifikan di abad ke-21. Teknologi ini menawarkan manfaat besar untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas hidup. Namun, AI juga menghadirkan tantangan dan risiko yang perlu dikelola dengan bijak.
AI, yang juga dikenal sebagai kecerdasan buatan, adalah teknologi yang memiliki kemampuan pemecahan masalah layaknya manusia. Dalam praktiknya, AI akan menyimulasikan kecerdasan manusia—teknologi ini dapat mengenali gambar, menulis puisi, dan membuat prediksi berbasis data.
Organisasi modern mengumpulkan data dalam jumlah besar dari beragam sumber, seperti sensor pintar, konten buatan manusia, alat pemantauan, dan log sistem. Teknologi kecerdasan buatan menganalisis data dan menggunakannya untuk membantu operasi bisnis secara efektif. Misalnya, teknologi AI dapat merespons percakapan manusia dalam dukungan pelanggan, membuat gambar dan teks orisinal untuk pemasaran, serta membuat saran cerdas untuk analitik.
Dalam makalahnya pada tahun 1950, “Computing Machinery and Intelligence,” Alan Turing mempertimbangkan apakah mesin dapat berpikir. Dalam makalah ini, Turing pertama kali menciptakan istilah kecerdasan buatan dan menyajikannya sebagai konsep teoretis dan filosofis. Namun, AI, seperti yang kita kenal sekarang, adalah hasil dari upaya kolektif banyak ilmuwan dan rekayasawan selama beberapa dekade.
Artificial General Intelligence (AGI) adalah bidang penelitian AI teoretis yang mencoba membuat perangkat lunak dengan kecerdasan mirip manusia dan kemampuan untuk belajar sendiri. Tujuannya adalah agar perangkat lunak dapat melakukan tugas-tugas yang belum tentu dilatih atau dikembangkan.
AGI adalah upaya teoritis untuk mengembangkan sistem AI dengan kontrol diri otonom, pemahaman diri yang wajar, dan kemampuan untuk mempelajari keterampilan baru. Ini dapat memecahkan masalah yang kompleks dalam pengaturan dan konteks yang tidak diajarkan pada saat pembuatannya. AGI dengan kemampuan manusia tetap menjadi konsep teoretis dan tujuan penelitian. Ini adalah salah satu kemungkinan masa depan AI.
Kehadiran AI memberikan manfaat yang besar dalam kehidpan manusia seperti, mengotomatisasi tugas-tugas rutin dan berulang, sehingga manusia dapat fokus pada pekerjaan yang lebih kompleks dan kreatif, AI memungkinkan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, sehingga siswa dapat belajar dengan kecepatan dan gaya mereka sendiri, membantu diagnosis penyakit, analisis data kesehatan, dan bahkan penemuan obat baru., AI digunakan untuk memantau aktivitas kriminal, melacak ancaman siber, dan meningkatkan keamanan publik.
Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah kehadiran AI dapat mereduksi tugas dan fungsi seorang guru? Tentu jawabannya adalah kehadiran kecerdasan buatan (AI) telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Meskipun AI mampu mengotomatisasi banyak tugas yang biasanya dilakukan oleh guru, seperti memberikan materi, menilai tugas, atau menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa, AI tidak sepenuhnya dapat menggantikan peran dan fungsi seorang guru. Berikut adalah alasan-alasan mengapa guru tetap memiliki peran unik yang tidak tergantikan. Karena kehadiran AI dirancang untuk menjadi alat bantu, bukan pengganti manusia. Sistem ini dapat membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran, menilai ujian, atau menganalisis kemajuan siswa, AI memungkinkan pembelajaran adaptif yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa. Yang lebih penting lagi bahwa AI dapat menyampaikan informasi, tetapi tidak mampu memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan siswa. Guru memahami emosi, kebutuhan, dan tantangan pribadi siswa yang tidak bisa dijelaskan oleh data atau algoritma., Guru membangun hubungan interpersonal yang menciptakan rasa percaya dan motivasi belajar pada siswa yang tidak bisa dilakukan oleh sistem manapun.
Hanya gurulah yang memiliki kesadaran moral, empati, atau kemampuan untuk menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan solidaritas. Guru adalah teladan dalam membentuk karakter siswa. Pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan moral dan etika yang hanya bisa diberikan melalui interaksi antara siswa dan gurunya. Selamat hari guru! (*)
Tinggalkan Balasan