Oleh: Almuhasyir A. Idrus
Sekjend Pengurus Besar Forum Mahasiswa Maluku Utara (PB FORMMALUT) JABODETABEK
_______
DI era post ideologi seperti saat ini, gagasan menjadi sesuatu yang paling sering ditawarkan. Utamanya dalam praktik politik di negara-negara yang sudah cukup matang demokrasinya. Bisa jadi merupakan partisi atau kombinasi dari berbagai ideologi yang pernah ada sebelumnya. Yang paling penting ialah seberapa berdasar dan argumentatif.
Seringkali kita dihadapkan dengan pola kebiasaan yang membudaya menjelang hajatan besar demokrasi di 5 tahunan itu. Transaksional identitas menjadi jurus jitu dalam memenangkan pertarungan. Hal semacam ini hanya menjadi tawaran atau lebih sering menjadi gimik yang disampaikan kepada calon pemilih agar mau memilih. Tidak salah dan tidak jelek, tapi tetap saja itu bukanlah gagasan.
Alih-alih gagasan, politik era post ideologi di Indonesia diisi dengan praktik politik yang pragmatis. Sekalipun demokrasi mengatakan semua orang berhak, tapi demokrasi juga mengatakan tidak semua orang layak. Akibatnya, kemiskinan, kesenjangan ekonomi dan ketidakmerataan pembangunan menjadi jaminan dari hasil dinamika demokrasi kita.
Buku “Jejak Refleksi Menuju Aksi” secara jelas menjelaskan tantangan dan peluang di tengah pragmatisme politik. Mulai dari memutus spiral korupsi sampai kebangkitan bangsa. Paradigma berpikir di mana masyarakat harus mengubah bentuk transaksi politik dari yang bersifat jual beli suara ke transaksi agenda politik serta komitmen.
Isi buku Jejak Refleksi Menuju Aksi seharusnya menjadi bekal yang harus kita konsumsi bersama, bahwa masyarakat harus mampu menjadi hakim atas dirinya sendiri, sehingga hal sebagai warga negara tidak tergadaikan dengan transaksional.
Tinggalkan Balasan