Tandaseru — Sejak usianya 17 tahun, Malik Matage sudah menjadi pengusaha gula aren atau gula merah di Desa Sangowo, Kecamatan Morotai Timur, Pulau Morotai, Maluku Utara.

Bermodal semangat tinggi, tamatan SD itu bertahan membuat gula aren selama 15 tahun belakangan. Berkat gula aren, ia menghidupi keluarga hingga menyediakan tempat tinggal bagi mereka.

Malik memulai usaha gula aren sejak tahun 2002 hingga 2017. Awalnya ia membuat gula di kebun Hapo Desa Sangowo.

“Terus saya pindah tempat di kebun Dhudu dan kebun Nguusu. Waktu itu saya masih buat gula merah itu pohon masih orang punya. Pake sistem bagi hasil,” ucap Malik saat ditemui tandaseru.com di rumahnya, Kamis (6/1).

Dibekali bambu dan golok, Malik kala itu berjalan menyusuri bukit berkelok untuk mencapai pohon-pohon aren.

“Saya di kebun mulai dari jam 6 pagi sampai ke jam 6 sore. Aktivitas pagi kita ambil air aren itu kase turun dari pohon dan mulai kita masak jam 9 sampai 2 siang itu sudah masak, karena kita pake kayu jadi agak lambat,” kisahnya.

Saat memanen air aren, Malik harus membersihkan dulu pohonnya. Lalu membuat tangga untuk panjatan pohon dari bambu.

“Terus toki (ketuk, red) buah aren selama 12 kali, tapi satu kali toki dua hari sekali untuk menunggu dan tahu dia ada air atau tidak. Setelah itu kita potong, kalau memang dia ada air tinggal kita buat dia punya tempat berupa bulu (bambu, red), terus kita ambil dan taruh dia punya soda dan bawa ke tempat pabrik untuk dimasak,” jelasnya.

Proses pembuatan gula aren kadang terkendala hujan. Sebab kayu bakar untuk memasak sulit didapat.