Tandaseru — BAPPELITBANGDA Kota Ternate menjadi tuan rumah acara diseminasi hasil penelitian bertajuk Optimalisasi Pemanfaatan Heritage Sejarah Jalur Rempah sebagai Destinasi Edukatif untuk Pendidikan Dasar yang dilaksanakan Pusat Kolaborasi Riset (PUKAT) Maluku Utara, Kamis (11/9/2025). Kegiatan ini dimulai dengan sambutan Ketua Yayasan PUKAT Maluku Utara, Prof. Ahmad Talib, yang membuka acara dengan menekankan pentingnya pemanfaatan situs sejarah Jalur Rempah untuk meningkatkan pemahaman generasi muda terhadap warisan budaya bangsa.

Pendidikan berbasis budaya dapat memperkaya pengalaman siswa, khususnya dalam mengenal sejarah yang terkait dengan identitas lokal,” ujarnya.

Acara ini dibuka Asisten 2 Bidang Ekonomi yang juga menjabat sebagai Plt Kepala BAPPELITBANGDA Kota Ternate, Taufik Djauhar. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa penelitian ini merupakan langkah penting mengintegrasikan situs-situs sejarah Jalur Rempah sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah dasar, sekaligus mempromosikan Ternate sebagai destinasi edukasi sejarah yang patut dijaga dan dikembangkan.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan presentasi oleh Dra. Fatnun Tan dan Dr. Muhammad Assagaf, peneliti PUKAT Maluku Utara. Keduanya memaparkan hasil penelitian yang menunjukkan potensi besar dari situs heritage seperti Kedaton Kesultanan, Fort Oranje, Masjid Kesultanan dan Benteng Kalamata sebagai sarana edukasi sejarah yang dapat menghidupkan narasi Jalur Rempah di Kota Ternate.

Pembelajaran sejarah berbasis kunjungan lapangan bukan hanya memperkenalkan fakta, tetapi juga memungkinkan siswa merasakan langsung nilai sejarah yang ada di situs-situs tersebut,” jelas Dr. Muhammad Assagaf.

Moderator acara, Ali Lating, memandu diskusi yang diikuti oleh para peserta dari berbagai instansi terkait, seperti Dinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata, PGRI, Balai Pemanfaatan Kebudayaan (BPK) Maluku Utara serta kepala sekolah dan guru SMP Negeri 1 Ternate, SD Islamiyah 1 Ternate, dan SDN 1 Maliaro. Sesi diskusi berlangsung sangat dinamis dengan banyak pertanyaan dan masukan tentang tantangan dalam mengintegrasikan pembelajaran berbasis situs sejarah ke dalam kurikulum pendidikan dasar. Beberapa peserta menyoroti perlunya peningkatan aksesibilitas ke situs sejarah, pelatihan bagi guru, serta pengembangan kurikulum yang mengakomodasi pembelajaran kontekstual yang lebih menyeluruh.

Sebagai respons terhadap masukan tersebut, Kepala BAPPELITBANGDA Kota Ternate menegaskan komitmennya untuk mendukung penelitian ini dan mendorong integrasi Jalur Rempah dalam kurikulum pendidikan dasar di Kota Ternate.

“Kami akan terus bekerja sama dengan sekolah-sekolah, dinas terkait, dan pengelola situs untuk memastikan bahwa pembelajaran sejarah ini tidak hanya menjadi materi ajar, tetapi juga pengalaman yang memperkaya pemahaman siswa tentang warisan budaya Ternate,” tegasnya.

Hasil penelitian juga mengungkap bahwa walaupun minat siswa terhadap sejarah Jalur Rempah sangat tinggi, pemahaman mereka masih terbatas pada aspek dasar. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis pengalaman, seperti kunjungan lapangan ke situs-situs sejarah dan penggunaan teknologi digital untuk menyajikan materi yang lebih menarik dan mudah dipahami.

Rekomendasi dari penelitian ini antara lain adalah pengembangan kurikulum yang lebih komprehensif, termasuk integrasi pembelajaran sejarah dengan mata pelajaran lain seperti geografi dan ekonomi. Selain itu, diperlukan peningkatan metode pembelajaran yang lebih inovatif dengan memanfaatkan teknologi informasi, seperti peta interaktif, AR dan aplikasi berbasis web yang mengajarkan Jalur Rempah secara lebih visual dan menarik.

Akhirnya, Kepala BAPPELITBANGDA Kota Ternate menegaskan bahwa riset ini akan dilanjutkan dengan memasukkan pembelajaran sejarah Jalur Rempah ke dalam kurikulum pendidikan dasar. Ia juga mengajak semua pihak berkolaborasi demi mewujudkan Ternate sebagai kota pendidikan berbasis sejarah, yang tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menghidupkannya dalam pembelajaran untuk generasi mendatang.

Ika Fuji Rahayu
Editor
Ika Fuji Rahayu
Reporter