Oleh: Zulfikar Suhadi

Koordinator Distrik Unkhair-I SAMURAI Maluku Utara

________

DALAM perspektif evolusi kehidupan manusia, telah terjadi transformasi signifikan dari era kesederhanaan menuju era modernitas yang kompleks. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memungkinkan optimalisasi efisiensi dan produktivitas dalam berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga memungkinkan penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dengan cara yang lebih praktis dan efektif. Namun, penting untuk melakukan analisis kritis terhadap dampak TIK terhadap struktur sosial, ekonomi, dan politik, serta memastikan bahwa pemanfaatannya selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks ini, TIK bukan hanya sekadar alat, melainkan fondasi bagi pembangunan masyarakat informasi yang berkelanjutan dan inklusif.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) oleh masyarakat telah memicu proses inovasi dan pengembangan yang berkelanjutan, sehingga memungkinkan percepatan kemajuan teknologi yang signifikan.

Dalam konteks ini, interaksi dinamis antara pengguna dan teknologi telah menciptakan ekosistem yang memungkinkan peningkatan kapabilitas dan fungsionalitas TIK, serta memungkinkan adaptasi yang lebih efektif terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memahami dinamika sosial dan ekonomi yang mendasari penggunaan TIK, serta memastikan bahwa pengembangan teknologi selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kebutuhan masyarakat.

Sebab banyak orang yang ketika ingin meluapkan rasa rindu, kangen, dan ingin bertemu, tidak lagi memerlukan pertemuan saat sedang barjauhan. Akan tetapi dengan menggunakan Handpone saja, rasa kangen dan rinduh kita terhadap saudarah, ataupun kerabat bisa terpenuhi dengan melakukan video call (telepon video).

Tulisan ini, saya akan coba berangkat dari desa, dan perbandingannya antara di desa, dan di kota dalam penggunaan teknologi, sejauh mana pengaruh media terhadap masyarakat yang ada di desa dan masyarakat kota?

***

Jika kita melihat kemajuan teknologi di desa, ada perkembangan yang cukup luar biasa, dengan segala akses yang ada. Karena lebih mempermudah mereka dalam segala hal, jika ada keperluan terhadap anaknya yang sedang menempuh pendidikan di kota, langsung dengan handphone saja bisa memudahkan mereka dalam berkomunikasi. Jadi bagi saya, kehidupan teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak yang luar biasa terhadap penyebaran informasi. kecepatan dan distribusi media dalam memproduksi informasi pun tidak terbantahkan. Beragam jenis berita beragam namun sebagian media bukan hanya digunakan untuk memberikan informasi atau berkomunikasi, melainkan dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif, hampir semua media menyajikan hal-hal yang bertolak belakang dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan sebeb ada sebagian yang menggunakan sifat kebinatangannya untuk mencari sensasi hanya demi memperoleh keuntungan pribadi, pada gilirannya melahirkan generasi yang cacat dalam berpikir.

Dewasa ini, sifat hedonisme telah melekat dalam jiwa generasi bangsa, sebab panggung-panggung media yg disajikan siang dan malam ditayangkan dengan erotisme kampungan. Nyanyian pun tidak karuan, lirik-lirik lagu mencerminkan kemerosotan jiwa, hampir semua media menampilkan gambar murahan, ada yg seperti pelacur yang tidak bisa menjual apapun selain tubuhnya. Ada banyak media yg sangat berpengaruh negatif terhadap karakter bangsa terutama dari kalangan remaja. Sebab ada generasi remaja yang membuat video hanya bergoyang dan bersuka ria. Ada yang biasa saja, dan ada yang “luar biasa”, luar biasa keterlaluan.

Bahkan ada beberapa remaja dan anak-anak bergoyang ria yang tidak wajar. Daging paha dan belahan dada dijual demi popularitas dan keuntungan materi. bahkan tidak hanya remaja saja mereka melibatkan anak-anak kecil dalam pembuatan film demi respon yang banyak dari netizen, berani bernyanyi lagu dan berakting orang dewasa.

Drama yang disajikan pun mengangkat kisah-kisah percintaan yang antara laki-laki dan perempuan tidak ada batas pergaulan. Ciuman, pegangan, rebahan, elusan, dan pelukan menjadi adegan standar dihampir semua tayangan yang ditampilkan di media. Ekspos aurat terjadi disemua edvertorial. Kemuliaan perempuan digadaikan untuk melariskan berbagai macam dagangan.

Setiap Hari: Resolusi yang Auto

Secara tidak sadar media sendiri sangat berpengaruh terhadap pembentukan cara berfikir, sebab segala macam tayangan yang ditampilkan akan menjadi konsumsi publik. Media itu sendiri memiliki dampak sosial yang cukup besar. Secara perlahan, apa yang ditontonkan akan masuk ke dalam alam bawah sadar, lalu merubah pola pikir dan membentuk perilaku audien. Untuk itu, media seharusnya menjadi alat untuk membentuk karakter bangsa. Namun berbagai kepentingan telah merubah fungsi media.

Generasi hari ini sedang diajari ‘seks’ dan pergaulan bebas, kekerasan seksual tidak hanya dilakukan secara langsung melainkan hadir melalui koneksifitas pikiran. Inilah hedonisme, anak dari faham materialisme tak bertuhan. Budaya ini dibiarkan tumbuh subur di negara Pancasila yang mengaku ber “Ketuhanan yang Maha Esa”. Tahukah anda siapa yang melakukan nya? Di antara mereka terdapat para politisi dan pemimpin pemimpin negara yang memiliki media. Bangsa ini sedang disuguhi racun oleh segelintir mereka “who know nothing but profit“. Lama kelamaan, pornografi dan benih pelacuran ini dianggap biasa.berita beritaa selebriti menjadi konsumsi harian. Para pelacur ibukota menjadi “headline”. Dari gencarnya berita, seolah-olah merekalah panutan bangsa. Ketauladanan apa yang dapat dipetik dari tayangan tidak bermoral yang diperankan para pelacur dan badut badut ibu kota?

Bangsa ini akan berubah menjadi “sepasukan singa” yang berani, bermoral, berpengetahuan, dan proaktif merealisasikan keadilan dan ihsan jika yang selalu ditampilkan di layar kaca adalah tokoh-tokoh inspiratif yang sarat nilai, kebaikan dan kepahlawanan. Sayangnya, pelacur laki dan perempuan yang disuguhi sebagai pusat perhatian. Inilah informasi-informasi bodoh yang dikonsumsi bangsa Indonesia dari pagi sampai malam. Di bawah kepemimpinan seperti ini, generasi- generasi potensial bangsa ikutan menjadi “pelacur”. Republik Ketuhanan yang maha esa ini semakin terdeviasi dari transendensi nilai nilai etika dan setetika. Masyarakat semakin bejat tadak bermoral. Tapi coba kita ingatkan kepada pemerintah, mereka akan mengatakan bahwa kita harus menjunjung tinggi ” Demokrasi” yang mempromosikan “kebebasan”.

Iya, kebebasan versi humanisme barat yang meludahi risalah risalah langit (Demokrasi Palsu). Percayalah, tidak ada bencana bagi entitas Indonesia yang lebih besar dari ini. Tsunami dan gempa hanya membunuh fisik kita. Akan tetapi materialisme, humanisme, positivisme, hedonisme, dan konsumerisme, mencincang habis akidah moralitas bangsa. Karena sebagian besar media yang ada, tujuannya hanya untuk melakukan hal yang jahat. ketimbangberperan sebagai alat kontrol sosial yang menghibur, mendidik, menyuarakankebenaran dan kebaikan. Justru kebanyakan media yang hadir hanya untuk menipudan membodohi.

Konon lagi masyarakat kita tidak punya kemampuan membela nilai nilai prinsipil fitrah kemanusiaan, ketika dikepung siaran siaran menyesatkan, inilah yang kemudian dinamakan sebagai “demokrasi palsu”. Bangsa Indonesia menjadi sekumpulan binatang yang seks bebas, perkosaan, penindasan, penipuan, dan kejahatan lain merupakan bagian dari lifestyle harian, bahkan semakin berani dan terbuka dilakukan oleh anak kecil, pelajar SMP, dan SMA. Merekalah media media nasional dan lokal yang paling bertanggung jawab terhadap berbagai kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak. Pemerintah yang bertahta di istana negara serta politisi Senayan pun tidak punya visi ilahiah. Mereka sampai mati terkooptasi dengan interst pribadi dan hawa nafsuh rendahan lainnya. Jika ini terus berlanjut, kapan bangsa ini menjadi masyarakat adil makmur yang diridhoi Tuhan ? (Ketuhanan yang maha esa).

Peran dan Fungsi Intelektual

Mengharapkan kepada pemerintah nasionalis-sekuler-pancasilais yang “impoten” untuk melakukan perubahan adalah pekerjaan sia sia. Menunggu kelompok keagamaan minoritas lainnya untuk terlibat dalam gerakan nilai seperti ini juga sama dengan menunggu kiamat. Bangsa ini suatu ketika dulu debentuk oleh dominasi sejarah perjuangan dan identitas “malay” Islam. Maka demikian juga dengan masa depannya. Jika tidak ada sekelompok muslim Intelektual profesional yang mengarahkan kembali mindset bangsa ke arah yang benar, maka Indonesia akan semakin terseret ke jurang kehancuran.

Indonesia termasuk negara di dunia yang paling banyak muslimnya. Jika 240 juta rakyatnya berkarakter mulia, kita akan menjadi bangsa yang berpengaruh di dunia. Ini potensi kita. Media memiliki peran strategis untuk mencapai tujuan itu. Harus ada sebagian kita yang mengabadikan hidup untuk ini. Mesti ada media media baru, yang punya daya pikat dan kekuatan untuk membangun pola pikir dan perilaku bangsa. Saya coba mendedikasikan hidup untuk ini, membangun media yang bermoral guna membentuk bangsa yang bernafaskan ketuhanan. Saya mencoba menjadi terdepan dalam kampanye dan perjuangan ini. Dan saya akan mati untuk ini.

Model Media yang Ingin Dibangun

Apa yang harus dibangun ialah media media yang informatif, edukatif, “tontonan” yang menjadi “tuntunan”, “syair syair” yang berisi “syiar”. Pertama sekali, semua anasir jahat bisnis yang bertentangan dengan nilai nilai ketuhanan, harus dibersihkan dari lembaran media. Segala bentuk pornografi, erotisme, seks, pamer aurat, dan ghibah harus bersih dari segala berita dan tayangan. Semua pesan pesan hedon untuk meruntuhkan moral bangsa harus ditiadakan. Apa yang disajikan adalah murni elemen elemen yang memperkaya jiwa. Semua program yang bersifat menghibur sekaligus mendidik bangsa untuk berkarakter mulia.

Dalam konteks pengembangan konten media yang berorientasi pada nilai-nilai spiritual dan moral, berbagai bentuk ekspresi seni dan hiburan dapat dioptimalkan untuk mencapai tujuan tersebut. Film, sebagai salah satu medium yang paling berpengaruh, harus dirancang untuk menyampaikan pesan moral yang kuat dan mendidik karakter bangsa. Musik dan tarian filosofis dapat dikemas menjadi pertunjukan yang tidak hanya estetis, tetapi juga bernilai spiritual dan edukatif. Perdebatan lintas agama yang konstruktif, seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh seperti Ahmad Deedat dan Zakir Naik, dapat menjadi sarana pencerahan dan peningkatan rasionalitas dalam memahami nilai-nilai keagamaan. Selain itu, dialog sosial-politik dan kemasyarakatan yang kritis dan mencerahkan juga dapat menjadi medium untuk mempromosikan pemahaman dan toleransi antarumat beragama. Tayangan sains dan ilmu pengetahuan dapat diarahkan untuk menggambarkan keagungan Tuhan dan meningkatkan kesadaran spiritual masyarakat.

Dalam kerangka pembangunan media yang beretika dan berbasis nilai-nilai spiritual, industri media harus mendorong rumah produksi keagamaan untuk menciptakan konten yang tidak hanya estetis, tetapi juga memiliki nilai edukatif, inspiratif, dan transformatif. Pengembangan program, film, dokumenter, dan iklan harus mempertimbangkan aspek moral dan etika keagamaan, serta mengintegrasikan nilai-nilai kebudayaan yang positif. Untuk mencapai tujuan ini, media keagamaan harus memiliki kemampuan untuk menjangkau audiens yang luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Selain itu, pembentukan institusi pendidikan media berbasis spiritual dapat menjadi langkah strategis untuk menghasilkan insan media yang tidak hanya profesional, tetapi juga memiliki kesadaran spiritual yang kuat, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan yang positif dan bertanggung jawab dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. (*)