Angka partisipasi masyarakat yang cenderung minim tersebut menurutnya, dapat diidentifikasikan dalam beberapa faktor. Seperti faktor kesadaran serta sikap pesimistis masyarakat akan adanya proses pelaksanaan pemerintahan untuk mewujudkan tujuan negara tersebut.

“Beberapa kasus masyarakat yang tidak ikut serta secara aktif dalam sebuah momentum Pemilu dapat disebabkan karena masyarakat cenderung pesimis terhadap proses Pemilu sebagai agenda untuk memperbaiki kehidupan masyarakat,” sambungnya.

Kemudian, kesadaran masyarakat untuk tidak ikut serta dalam sebuah agenda Pemilu maupun memilih untuk golput, juga dapat disebabkan dari berbagai faktor.

Kata Rasid, masyarakat yang memilih golput cenderung belajar dari pengalamannya saat melihat rekam jejak seorang kandidat yang pernah memimpin daerah yang cenderung tidak memberikan kepuasan bersendiri bagi masyarakat, karena tidak merealisasikan janji politik masa kampanye.

Ada juga faktor yang kedua, yaitu kesadaran masyarakat yang teramat mendasar, yang menganggap bahwa agenda Pemilu hanya bagian dari siklus pertukaran atau pertentangan kepentingan elit.

Ia berpendapat bahwa hal-hal seperti ini, masih bisa diantisipasi dengan upaya yang maksimal dari berbagai stakeholder, dengan memastikan bahwa agenda Pilkada ini bukan hanya sebagai transisi kekuasaan atau kepentingan, melainkan untuk memperbaiki masa depan daerah.

Hal ini juga bisa dilakukan bila DPRD dapat secara maksimal mengawasi jalannya roda pemerintahan oleh kepala daerah.

Selain itu, sambung dia, partai politik sebagai lembaga yang memiliki kewenangan mengusung dan mendukung kandidat juga harus memastikan bahwa ketika kandidatnya terpilih, maka akan melaksanakan amanat rakyat untuk memperbaiki kondisi daerah yang dipimpinnya.

“Jika hal ini tidak dilakukan maka sikap pesimisme masyarakat terkait agenda penting seperti Pemilu hanya menjadi formalitas terhadap transaksi kepentingan yang tidak berdampak apa-apa bagi mereka. Meminimalisir kecenderungan kecilnya partisipasi Pemilu adalah tugas bersama,” pungkasnya.