Oleh: Ilham Djufri, ST.,M.Kom
Sekretaris Pemuda ICMI Maluku Utara
_________
HASIL survei yang dirilis oleh Indikator Politik Indonesia mengenai elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Maluku Utara telah menimbulkan kontroversi. Lembaga tersebut mengklaim bahwa pasangan Sherly Tjoanda-Sarbin Sehe meraih 40,7% suara, SULTAN-Asrul 20,7%, MK-Bisa 15,5%, AM-SAH 10,4% dan Undecided Voters 12,8%, sehingga total persentase yang dirilis melebihi 100% yaitu 100,1%. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap keakuratan data yang disajikan.
Analisa kekeliruan: Menurut saya kekeliruan dalam penyajian data memiliki kesalahan signifikan dalam hasil survei ini adalah total persentase suara yang melebihi 100%. Dalam konteks survei, hal ini mencerminkan ketidakakuratan dalam penghitungan, penyajian data atau dapat diduga melakukan manipulasi data.
Burhanuddin Muhtadi, kepala lembaga survei, menyebut bahwa hal ini disebabkan oleh “efek pembulatan” dan “keterbatasan komputer dalam menampilkan bilangan riil”. Namun, alasan ini tampaknya tidak memadai untuk menjelaskan kesalahan yang begitu mencolok.
Jika alasannya adalah “efek pembulatan”. “Efek pembulatan” merujuk pada proses di mana angka-angka yang dihasilkan dari survei dibulatkan ke nilai yang lebih sederhana, sehingga dapat menyajikan data dengan cara yang lebih mudah dipahami. Pembulatan ini sering kali digunakan dalam pengolahan data untuk mengurangi kompleksitas angka, terutama ketika angka tersebut memiliki banyak desimal. Dan agak janggal jika data hasil survei adalah data berupa angka desimal atau pecahan sehingga dilakukan pembulatan yang hasilnya 100,1%.
Dan jika alasannya adalah keterbatasan perangkat komputer dalam menampilkan bilangan riil bagi saya alasan yang tidak logik karena komputer hanyalah tool yang diperintah oleh user. Jika user salah memerintah atau sengaja memerintah tidak sesuai dengan tool yang digunakan maka hasilnya pasti salah (error).
Selain itu alasan “keterbatasan komputer menampilkan bilangan riil”, dalam statistika, bilangan riil digunakan untuk mengukur data dalam bentuk skala interval atau rasio namun ketika ada kesalahan data berbentuk interval, ini disebabkan instrumen pengukuran memiliki bias konsisten atau kesalahan acak, kesalahan ini muncul secara acak karena diduga melakukan manipulasi data. Sedangkan dalam bidang ilmu komputer, algoritma dan pemrograman sering menggunakan bilangan riil, terutama dalam pengolahan data numerik, grafika komputer, dan kecerdasan buatan, sehingga patut untuk tidak dipercaya hasil survei yang dilakukan lembaga survei tersebut karena perangkat yang digunakan sudah tidak friendly sehingga berpengaruh terhadap SDM pengelola data.
Tinggalkan Balasan