Tandaseru — Harita Nickel menjadi salah satu entitas bisnis yang luar biasa perkembangannya. Pada 2010, perusahaan ini mulai melakukan kegiatan penambangan nikel di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Saat ini, Harita Nickel melalui anak perusahaannya PT Trimegah Bangun Persada Tbk bahkan telah memproduksi bahan baku komponen baterai mobil listrik.
Direktur Utama PT TBP Roy Arman Arfandy memaparkan, pada 2010 Harita melakukan penambangan dan melakukan ekspor bijih nikel. Sebelum Indonesia memberlakukan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel yang mulanya harus dilaksanakan pada 2014, pihaknya berinisiatif melakukan program hilirisasi, yakni dengan membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel.
Akhirnya, pada 2014 perusahaan pun mulai membangun smelter feronikel pertama di Pulau Obi.
“Sejak dilakukan pelarangan ekspor nikel ore oleh pemerintah, Harita Nickel melakukan inisiatif untuk membangun atau melakukan program hilirisasi dengan membangun smelter feronikel pertama di Pulau Obi pada 2014,” papar Roy
Smelter tersebut mulai beroperasi pada 2017 lalu dan dilanjutkan dengan ekspansi ke pabrik pengolahan bahan baku untuk ekosistem baterai kendaraan listrik, yakni smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Smelter HPAL di bawah pengelolaan anak usaha, PT Halmahera Persada Lygend, perdana beroperasi pada 23 Juni 2021. Smelter HPAL ini juga berada di Kawasan Industri Pulau Obi. Proyek ini diperkirakan memakan biaya mencapai lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$).
Tinggalkan Balasan