Kepala BNPB kata Abdul, meminta seluruh pihak baik dari lintas kementerian/lembaga termasuk Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara dan tentunya Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat agar senantiasa bersinergi dalam upaya mengurangi dampak risiko bencana.
BNPB tidak ingin kejadian banjir lahar hujan seperti di Sumatera Barat yang telah menelan korban sebanyak 62 jiwa dan 10 lainnya dinyatakan hilang tidak terjadi di Halmahera Barat.
“Oleh karena itu, Kepala BNPB menyampaikan dengan tegas bahwa perlu dilakukan upaya-upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang diawali dengan studi lapangan dan kajian yang komprehensif, salah satunya adalah dengan memetakan besaran material lahar, jalur hulu-hilir sungai, permukiman warga di lereng gunung hingga kondisi kawah puncak utama,” ujar dia.
Sebagaimana penyampaian Kepala BNPB saat mengunjungi Halmahera Barat, lanjut Abdul, bila terjadi penumpukan material sisa erupsi diharapkan bisa segera diturunkan karena itu berbahaya. Jika terjadi hujan yang luar biasa maka bisa terjadi banjir bandang.
Pada pemetaan tahap pertama ini, sambung Abdul, tim menyisir wilayah utara-barat laut Gunung Api Ibu dan berkonsentrasi di Desa Duono. Desa tersebut dilewati jalur hulu sungai yang nantinya bermuara di wilayah pesisir barat.
Misi pesawat drone ini dilakukan untuk melihat kondisi vegetasi dan jalur sungai yang mengarah ke wilayah hilir dan melewati beberapa permukiman warga.
Pada pemetaan selanjutnya, tim menerbangkan drone di atas Desa Togoreba Sungi yang juga dilalui sungai berhulu di wilayah utara-timur laut dan lebih dekat dengan puncak Gunung Api Ibu.
“Misi ini masih sama dengan yang sebelumnya, yakni untuk memonitor wilayah permukiman yang masuk dalam radius rawan bencana banjir lahar hujan,” kata dia.
Tinggalkan Balasan