Oleh: Dwirara Soebagio

Mahasiswa Prodi Psikologi FISIP UMMU

________

TOPIK yang akan dibahas pada edisi kali ini tentang “Schizophrenia”. Ini merupakan tugas dari bagian mata kuliah Ilmu Kesehatan Mental dan Psikopatologi semester 6 yang diampu Syaiful Bahry, S.Psi.,M.A, pada Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Apa Itu Schizophrenia?

Schizophrenia merupakan gangguan jiwa yang parah. Sering kali orang awam menyebutnya sebagai penyakit gila atau gangguan psikosis yang merupakan istilah lebih luas dari semua gangguan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas. Pada awalnya, istilah gangguan ini oleh Emil Kraeplin dinamai sebagai dementia praecox yang berkaitan dengan penurunan mental yang dimulai pada awal kehidupan yang melibatkan gangguan pikiran dan kehilangan kontak dengan realitas. Pada tahun 1911, seorang psikiater dari Swiss yang bernama Eugen Bleuler memperkenalkan istilah lain yaitu, schizophrenia yang berasal dari kata schism (terbelah) dan phrenos (pikiran). Menurut Bleuler, schizophrenia merupakan keadaan terbelahnya fungsi jiwa, seperti tidak sesuainya emosi dengan kognisi.

Ilustrasi skizofrenia. (Istimewa)

Simptom Gangguan Schizophrenia

Gangguan schizophrenia sendiri memiliki beberapa karakteristik atau gejala yang dapat dilihat yaitu:

1). Gangguan berpikir dan bahasa, individu dengan gangguan schizophrenia ini biasanya seringkali berganti topik pembicaraan dari satu topik ke topik lainnya tanpa adanya hubungan dari kedua topik tersebut. Mereka juga mengalami delusional thinking ”keadaan berpikir yang penuh dengan delusi”. Sebagai contoh, mereka meyakini bahwa anjing itu dapat berbicara dengannya, pohon itu dapat sujud, dan sebagainya.

Beberapa bentuk delusi yang sering dialami oleh pasien schizophrenia diantaranya adalah delusions of grandeur (waham kebesaran), yakni keyakinan bahwa mereka adalah reinkarnasi dari nabi-nabi yang akan memimpin dan menyelamatkan seluruh umat manusia, delusions of persecutions (waham kecurigaan akan adanya ancaman), yakni keyakinan bahwa orang-orang di sekelilingnya memusuhi, melawannya dan memiliki rencana jahat untuk membunuhnya, delusions of reference (waham pembicaraan rahasia), yakni keyakinan bahwa orang-orang membicarakannya secara rahasia. Contohnya, komentar di televisi atau surat kabar dianggap mereka sebagai pembicaraan rahasia yang membuka rahasia pribadinya. Mereka juga percaya bahwa orang lain mampu menanamkan pikiran mereka ke dalam pikirannya untuk tujuan mengendalikan kehidupannya, ini yang dinamakan sebagai thought insertions. Mereka juga percaya bahwa yang mereka pikirkan atau bicarakan di dalam hati dapat didengar oleh orang lain, ini dinamakan sebagai thought broadcasting. Bahkan, mereka juga mengalami nihilistic delusions (waham nihilistik), yakni keyakinan bahwa mereka telah mati, tidak ada yang eksis, atau keyakinan bahwa orang di sekelilingnya hanya berupa uap dan tidak lagi memiliki arti secara fisik (Kendall, Hammen & Constance, 1998; Carr, 2001).

2) Gangguan perseptual yang sering dialami individu dengan schizophrenia adalah munculnya halusinasi. Bentuk-bentuk dari halusinasi dapat dibagi menjadi lima. Pertama, halusinasi auditori yang muncul dalam bentuk individu mendengarkan suara yang orang lain tidak mendengarnya. Kedua, halusinasi visual yang muncul dalam bentuk individu melihat sosok atau sesuatu seperti melihat orang duduk di sampingnya, lalu dia berbicara dengan sosok tersebut. Ketiga, halusinasi tactile yang muncul dalam bentuk individu merasakan tangannya disentuh sesuatu atau merasakan kepalanya menjadi berat seperti ditimpa batu yang besar. Keempat, halusinasi perasa (taste) yang muncul dalam bentuk individu merasakan rasa tertentu di lidahnya, seperti rasa manis atau bau wangi. Kelima, halusinasi somatik yang muncul dalam bentuk individu merasakan perutnya panas tanpa ada sebab yang nyata.

3) Gangguan afek, seperti ekspresi wajah yang hampa (lack of emotionality), dan suara yang monoton. Ekspresi emosional yang ditunjukkan tidak cocok dengan situasi yang dihadapi. Misalnya, mereka tertawa ketika menghadapi situasi yang harusnya sedih. Suasana emosi mereka juga sangat mudah untuk berubah-ubah tanpa adanya penyebab.

4) Gangguan pada perilaku dan psikomotor, individu dengan schizophrenia ini menunjukkan perilaku yang aneh, seperti gaya berjalan yang aneh dan ekspresi wajah yang tidak wajar. Misalnya, mereka bertingkah laku seperti robot (menggeleng-geleng kepala secara ritmik), duduk dengan postur tubuh tertentu (kedua tangan diangkat dengan kepala menunduk ke bawah). Mereka juga dapat menatap dinding sambil mendongakkan kepala selama satu jam lamanya dengan tujuan yang tidak jelas.

5) Kegagalan dalam hubungan interpersonal, misalnya mereka lebih banyak berdiam diri dan menarik diri ke dalam dunianya sendiri. Mereka juga seperti tidak mengenal lagi orang-orang yang dulunya sangat dekat dalam kehidupannya, seperti suami/istri, anak-anaknya, atau orangtua kandungnya.

6) Lack of pleasure and motivations, yaitu mereka kehilangan kesenangan untuk berhubungan dengan orang lain. Selain itu, mereka juga kehilangan motivasi terhadap aktivitas yang dulunya sangat mereka senangi, tidak tertarik dengan hobinya, tidak mempunyai keinginan, minat dan energi untuk melakukan kegiatan apapun.