Selain peran-peran tersebut, juga terdapat peran orang tua di Era Digital, mencakup peran Pola Asuh dan Peran Pola Komunikasi orang tua.

  1. 1. Peran Pola Asuh Orang Tua
    Pola asuh adalah proses interaksi antara orang tua dengan anaknya untuk mendukung perkembangan fisik, emosi, sosial, intelektual, dan spiritual yang berlangsung sejak seorang anak dalam kandungan sampai dewasa (Kemendikbud RI, 2016). Sedangkan menurut Rahmat (2018 pola asuh merupakan pola interaksi antara orangtua terhadap anak guna memberikan pendidikan kepada anaknya, meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (makan, minum, tempat tinggal, pendidikan yang layak, dan kebutuhan lainnya), pemenuhan kebutuhan psikologis (kasih sayang, perhatian, rasa aman, rasa dihargai sebagai anak), serta mengajarkan kepada anak berbagai norma yang berlaku di masyarakat agar anak bisa hidup selaras dengan lingkungan sekitarnya. Jadi dapat diartikan bahwa pola asuh orangtua adalah segala bentuk pengawasan dan kebijakan dalam bentuk tanggung jawab besar orang tua terhadap anaknya.
    Aslan (2019) menyatakan orang tua memiliki peran dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada anak, namun peran orang tua harus mengikuti perubahan zaman yang terjadi setiap era perubahan. Sementara menururt Baumrind dalam Hasnawati (2013) dan Santosa (2015), ada tiga jenis pola asuh orang tua yaitu otoriter, permisif dan demokratis. Pola asuh tipe otoriter adalah orang tua berupaya “membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku dan sikap anak berdasarkan kemauan orang tua seperti mengutamakan disiplin dan aturan yang ketat dalam mendidik anak. Pola asuh permisif adalah menerima dengan secara terbuka kemauan anak atas hal-hal yang positif, dimana anak diberikan kebebasan penuh oleh orang tua dan kontrol orang tua sangat rendah, dan orang tua tidak terlibat secara langsung dalam membimbing dan mengarahkan anak. Sementara pola asuh tipe Demokratis adalah orang tua menjadi teladan yang baik untuk anak, orang tua mendidik anak dengan kasih sayang dan kedisiplinan, orang tua sangat memahami karakter anak-anak mereka secara mendalam dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk berargumen dan bertanggung jawab dengan dirinya sendiri.

    2. Peran Pola Komunikasi Orangtua
    Berdasarkan hasil riset Hayyumas (2016), terdapat empat tipe pola komunikasi orang tua di zaman era digital, diantaranya: Pertama, “Pola Konsensual, adanya musyawarah mufakat”. Jenis komunikasi ini memusatkan bahwa orang tua mengajak anak untuk berdiskusi seolah orang tua menganggap anak mereka sebagai seorang teman, namun segala keputusan dari diskusi yang dilakukan antara orang tua dan anak, sepenuhnya diputuskan oleh orang tua. Jika anak tidak setuju dengan keputusan orang tua, maka orang tua memberikan pemahaman yang baik kepada anak agar anak mengerti mengapa orang tuanya tidak menyetujui keinginan anak. Kedua, pola pluralistik yaitu komunikasi ini lebih terbuka, sehingga orang tua sering berbicara dengan anak. Secara tidak langsung, komunikasi ini adalah komunikasi dua arah, dimana keputusan sepenuhnya diserahkan kepada anak jika keputusan itu baik adanya. Ketiga, pola protektif, yaitu komunikasi orang tua dengan anaknya sangat jarang sekali, tetapi sifat kepatuhan atau norma dalam keluarga sangat tinggi, sehingga tipe ini jika anak marah, maka akan lebih mudah di bujuk. Keempat, Pola laissez-faire, yakni jarang ada komunikasi intens yang dilakukan oleh orang tua sehingga sering terjadi kesalahan dalam komunikasi antara orang tua dan anak. Komunikasi ini lebih bersifat satu arah, dimana komunikasi hanya dilakukan dari pihak orang tua saja, maupun sebaliknya dari anak saja.

    D. Kesimpulan
    Dari pemaparan dampak negatif media digital tersebut, perlu adanya pengawasan yang lebih ekstra dari orang tua kepada anak. Orang tua perlu mengontrol aktivitas digital apa yang dilakukan anak dengan menerapkan komunikasi yang tepat dan memadu padankan ketiga pola asuh (otoriter, demokratis, dan permisif) sesuai dengan kondisi dan situasi yang terjadi pada anak. Selain menerapkan pola asuh, komunikasi yang tepat kepada anak, orang tua diharuskan paham tentang pengetahuan terbaru mengenai era digital yang terjadi saat ini, sehingga bisa memberikan pemahaman yang tepat kepada anak mengenai baik buruknya dalam penggunaan teknologi digital. (*)