Pemandangan seperti ini sangat mencolok di areal beroperasinya PT NKA di Site Moronopo. Aktivitas pengerukan ore nikel PT NKA di dalam hutan sisi barat jalan utama. Sementara di sebelah timur jalan, ada dermaga atau jetty milik PT NKA yang berada antara kawasan hutan mangrove.

 

Memasuki kawasan mangrove yang juga bagian dari wilayah IUP PT NKA, terlihat jelas kondisi lingkungan yang sangat memprihatinkan. Mangrove tumbuh di atas sedimentasi setinggi dada orang dewasa. Lumpur berwarna cokelat keemasan itu nampak jelas berasal dari tanah bekas pengerukan ore nikel yang terkikis air permukaan saat hujan.

Lumpur berwarna cokelat keemasan merendam kawasan mangrove di Moronopo, Teluk Buli.(Tandaseru/Ardian Sangaji)

Tingginya debit lumpur menyebabkan pendangkalan sedimentasi menyebar ke seluruh pepohonan mangrove. Bahkan sedimentasi menjorok hingga ke laut membentuk pendangkalan yang luasnya sekitar 1 setengah lapangan bola kaki saat air laut surut.

 

Ketua Program Studi Magister Ilmu Kelautan Program Pascasarjana Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Dr. Muhammad Aris, S.Pi., M.Si mengatakan, kondisi ini adalah bentuk kerusakan yang sangat luar biasa bagi Teluk Buli. Ancaman terbesarnya bukan hanya masalah bentangan alam yang sudah berubah melainkan juga berdampak pada ekosistem perairan maupun biota laut.

 

Menurut Aris, bila ditinjau secara ilmiah pada saat terjadi pembongkaran di daerah lahan tambang yang berada di ketinggian yang secara serampangan, atau yang secara tidak terencana dari sisi mitigasi dampak, maka malapetakanya akan terjadi di wilayah muara sungai dan laut.

 

“Sungai ini daya tampungnya semakin menurun, nah jadi volume debit air yang masuk yang seharusnya normal nah ini kan sudah tidak normal lagi karena sudah mengalami pendangkalan,” ungkap Aris, Sabtu (21/10).

 

Pada pertengahan September 2023 lalu, Aris telah melakukan riset tentang kondisi air laut di Teluk Buli dan Moronopo yang terdampak sedimentasi tambang nikel. Hasilnya kata dia, sangat mencengangkan. Sebab kondisi baku mutu air laut dari 3 titik pengambilan sampel setelah diuji pada 2 laboratorium di Bogor dan Jakarta sudah melebihi ambang batas sebagaimana dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

 

“Dari hasil riset saya kemarin itu, dalam satu liter air itu sudah terdapat 500 mg besi atau logam-logam berat dan nikel itu sudah tinggi sekali, sangat di atas ambang batas baku mutu yang dipersyaratkan. Kadar dipersyaratkan hanya sekitar 0,05 di sana itu 494,” jelas dia.