“Saya bisa sampaikan bahwa akumulasi itu sudah sangat tinggi sekali, kenapa? karena tingginya kandungan logam berat yang berada di perairan itu dan itu sudah terakumulasi,” ujar Aris.
“Ikan-ikan sudah terakumulasi besi, makanya dibilang ikan-ikan robot,” ucap Aris.
Logam yang telah terikat pada jaringan ikan, kata dia, tidak akan hilang di dalam tubuh ikan dan sudah pasti akan terakumulasi dalam tubuh manusia jika dikonsumsi.
“Itu yang akan memicu terjadinya penyakit nanti seperti kanker, gangguan syaraf, dan kemudian bisa berakibatkan terhadap kesehatan janin,” timpal Aris.

Respon Perusahaan
Keluhan nelayan Teluk Buli terkait dampak sedimentasi dari pertambangan nikel PT MJL di Pulau Mabuli dibantah oleh perusahaan tersebut.
Project Manager PT MJL, Bobby Manurung mengatakan, pihaknya tidak melakukan aktivitas pertambangan yang berdampak pada pencemaran lingkungan air laut. Menurut Bobby, kalau pun ada keluhan masyarakat, maka perlu dipastikan di mana lokasi pencemarannya. Meski begitu informasi ini, lanjut dia, akan menjadi masukan positif bagi PT MJL.
“Bagi kami issue ini akan jadi bahan masukan positif untuk segera mengambil langkah antisipatif dan perbaikan ke depan, untuk menjadi perusahaan yang lebih baik dari sisi pertanggungjawaban kepada lingkungan,” tulis Bobby dalam pesan WhatsApp kepada tandaseru.com, Sabtu (4/11).
Dalam kegiatan penambangan, kata Bobby, PT MJL pun memperhatikan dan mengusahakan kondisi kegiatan tidak memberikan dampak buruk. Pasalnya, PT MJL juga paham bahwa banyak nelayan dengan bagannya yang mencari ikan di dekat Pulau Mabuli.
“Bersamaan dengan KTT (kepala teknik tambang) juga kami komitmen untuk senantiasa menjaga lingkungan, dan tetap membuat investasi ini tetap bisa membangun kehidupan yang lebih baik bagi seluruh karyawan dan masyarakat,” ucap Robby.
Tinggalkan Balasan