Kaum perempuan di Air Sugihan berjuang keras bersama alam demi kelangsungan hidup keluarganya demi ketahanan pangan demi pemiliharan alam yang berkelanjutan. Mereka memiliki kemampuan dalam mempertahankan hidup walaupun dalam kondisi alam yang cukup berat. Walaupun dengan keterbatasan pendidikan merekalah yang berperan sebagai penjaga kualiatas hidup bagi dirinya dan bagi seluruh anggota kelurganya.

Terlepas dari kaum perempuan di Air Sugihan, perempuan juga memiliki peran penting saat masa pandemi. Tatkala FAO menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 dapat menyebabkan krisis pangan. Saat itu perempuan menjadi kunci ketahanan pangan. Walaupun di tengah masa krisis, kaum perempuan terampil mengelola keuangan rumah tangga harus dapat terus meningkatkan sumber penghasilan untuk bagi terpenuhinya kebutuhan keluarga: makan, minum, papan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.

Kaum perempuan terus berusaha menjamin kebutuhan pangan di dalam keluarga harus tetap terjaga dan terpenuhi. Mereka memanfaatkan pekarangan rumah untuk menghasilkan pangan bagi keluarga. Ini dilakukan untuk mengurangi beban hidup selama masa pandemi. Namun banyak yang mensimplistis aktivitas tersebut. Padahal perempuan cukup berkorban di masa pandemi Covid-19 dengan melakukan aktivitas menanam sembari tetap memastikan stamina tubuh agar tidak mudah terserang virus ganas tersebut.

Peran perempuan dalam ketahanan pangan seharusnya didukung penuh oleh berbagai pihak terutama pemerintah daerah. Pentingnya sebuah wadah atau organisasi bagi perempuan sebagai tempat untuk pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan kapasitas mereka sebagai ketahanan pangan. Namun saat ini perhatian pemerintah dalam memperdayakan perempuan dalam sebuah komunitas lokal sangat minim. Padahal kelompok-kelompok perempuan inilah yang akan menjadi kekuatan dan ketahan pangan dalam suatu daerah. Perempuan berpotensi menjadi sosok yang sukses di ranah publik, namun tetap care terhadap keseimbangan pangan. (*)