Kombinasi dari fenomena El-Nino dan IOD Positif yang diprediksi akan terjadi pada semester II 2023 dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia selama periode musim kemarau 2023. Bahkan sebagian wilayah diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori Bawah Normal (lebih kering dari kondisi normalnya) hingga mencapai hanya 20 mm per bulan dan beberapa wilayah mengalami kondisi tidak ada hujan sama sekali.

Tentu saja, jika dampak ini meluas, selain kekeringan, ketersediaan pangan juga akan terganggu, ketersediaan terganggu berakibat keterjangkauan dan akses terganggu. Dampak yang paling terasa adalah bukan istri-istri pejabat, tapi pasti istri-istri masyarakat pada umumnya.

Sama seperti wali kota yang selalu memperhatikan persoalan masyarakatnya, maka tentu saja sebagai istri-istri wali kota juga sangat elegan memperhatikan denyut persoalan istri-istri masyarakat umum yang terkini adalah dampak El-Nino terhadap ketersediaan dan keterjangkauan pangan di daerah masing-masing.

Setidaknya para istri akan menceriterakan kondisi wilayahnya dari dampak El-Nino dan bagaimana antisipasi suaminya sebagai wali kota dalam upaya pencegahan dan menyiagakan upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, untuk mengantisipasi meningkatnya potensi karhutla, terutama wilayah atau provinsi yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan. Sudah adakah langkah efektif untuk menghindari dampak yang luas. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat perlu terus ditingkatkan dalam memahami pengelolaan hutan dan lahan, potensi ekonomi lokal dan pengolahan hasil produksi.

Jika hal ini menjadi salah satu agenda atau topik pembicaraan dalam sarasehan yang berlangsung selama 3 hari, akan menghapus kesan di masyarakat bahwa berkumpulnya para istri-istri wali kota sebagai ajang “pamer” dan “baronda” semata. (*)