“Semakin data tidak akurat maka penggunaan AI akan semahal dan membawa kita ke output yang salah,” tekannya.
Sankata menyarankan, adopsi penggunaan AI harus diregulasikan dengan baik karena penggunaan AI yang salah akan merugikan perusahaan itu sendiri.
“Kalau mengadopsi teknologi AI maka fondasi kualitas data harus benar termasuk akuntabilitas dan transparansi data. Data tetap bisa diakses tetapi harus aman. Transparan pun bukan berarti tidak terkontrol,” pesannya.
Tigor Siahaan, Dirut Super Bank berpendapat, penggunaan teknologi AI bisa mentransformasi sektor keuangan seperti dalam hal otomatisasi, keterikatan dan layanan terhadap pelanggan serta mendeteksi penipuan serta monitoring dan koleksi. Juga membantu dalam mengambil keputusan kredit yang lebih baik.
Ia menambahkan, penggunaan teknologi ChatGPT di perbankan bisa membantu
dalam analisis dan pelaporan keuangan serta penilaian risiko dan analisis kredit. Selain itu, bisa juga digunakan untuk memonitor kepatuhan terhadap peraturan, wawasan investasi dan riset pasar, serta terjemahan bahasa.
Bagi Tigor, penggunaan teknologi AI merupakan salah satu cara untuk maju karena
metode tradisional tida bisa secepat menggunakan AI. AI dan transformasi digital adalah satu-satunya cara untuk masuk ke literasi finansial. Namun tantangan dalam
penerapannya adalah terkait regulasi dan kemampuan sumber daya manusia untuk mengadopsi.
Tinggalkan Balasan