Hal ini sebagai “panggung” dan narasi diracik setiap penulis sebagai simbol penyatuan. Kuntowijoyo dalam tulisannya berjudul “Sastra/Sejarah” menjelaskan bahwa sejarah dan sastra adalah gejala pengalaman kemanusiaan.

Pulau Moti ibarat bunga desa yang memikat dan mengundang rasa penasaran tak mampu dibendung lagi. Bisa dilihat antusias sangat tinggi, hingga batas puncak pengiriman puisi pada 31 Juli 2023, sudah terkumpul kurang lebih 165 puisi. Meskipun batas pengumpulan telah ditentukan, permintaan untuk memasukkan puisi masih cukup banyak, sehingga pihak penyelenggara memperpanjang batas pengumpulan puisi hingga tanggal 3 Agustus 2023. Selain kumpulan puisi, juga akan ada event mulai dari konfederasi KOPITAM “Orang Moti” hingga ziarah Moti Bareng Kie Raha Offroad Indonesia.

Gerakan literasi tentang Moti ini mengajak kita ambe panggayong, hela parahu untuk kembali lebih dekat mengenal sejarah negeri  dan puisi ini bukan sekadar permainan kata-kata penuh makna, melainkan juga sebuah ramalan tentang masa depan Moti, yang telah ditorehkan dalam sajak yang mengulas baik masa lampau maupun harapan masa depan dan poin penting juga diharapkan dari kegiatan tersebut tersedianya ruang forum dialog kebudayaan untuk generasi muda Moti. (*)