“Agar setidaknya kami bisa mencari tahu atau mendeteksi secara dini kejadian konflik yang terjadi disini,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan, ke depan demokrasi yang tercipta itu demokrasi yang penuh dengan toleransi, dengan isi kemanusian, bukan isi yang dibalut dengan identitas yang kaku.

“Saya pikir adat se atorang itu merupakan kearifan lokal atau kejeniusan lokal yang sebenarnya mengajarkan kita tentang kedamaian dan itu perlu dan perlu kita gali dan kembangkan untuk menjadi sebuah alat atau instrumentasi untuk menguatkan kerukunan kita dan harmonisasi dan kemanusiaan kita di Maluku Utara, khususnya Halmahera Barat ini. Dengan adat se atorang ini bisa mengantisipasi tentang politisasi agama,” pungkasnya.