Volume pasien pun mengalami peningkatan di tahun berikutnya (2022); di tahun ini, sebanyak 586 pasien baru telah terlayani (140% lebih tinggi daripada tahun sebelumnya), dan 129 pasien berhasil dioperasi (22% dari seluruh pasien, dan 150% lebih tinggi daripada operasi di tahun sebelumnya).

Sayangnya, volume pasien menurun pada tahun 2023 akibat rusaknya fasilitas CT-scan di RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate pada Februari 2023, sehingga pelayanan bedah saraf turut terganggu. Sampai akhir Mei 2023, sebanyak 216 pasien baru telah terlayani (63,1% lebih rendah dari tahun sebelumnya), dan 26 pasien telah dioperasi (12% dari pasien di tahun 2023, dan 20,2% dari operasi di tahun sebelumnya). (Catatan: saat artikel ini ditulis, RSUD dr. H. Chasan Boesoirie telah berhasil mendatangkan mesin CT-scan baru dan sedang dalam proses instalasi).

Secara keseluruhan, selama 2,5 tahun penulis mengabdi di Maluku Utara, sebanyak 1.228 pasien telah dilayani, dan 242 operasi (19.7% dari seluruh pasien) telah terlaksana. Sebagai informasi lebih lanjut, sebagian besar pasien yang menjalani operasi merupakan pasien BPJS (71,1%), dirujuk dari luar Ternate (61,6%), mengalami cedera kepala yang mengancam jiwa (39,7%), dan sebagian besar berhasil ditolong nyawanya (80,2%).

Upaya pelayanan bedah saraf juga turut dilaksanakan di luar Ternate oleh berbagai pihak. Pada Juli 2023, tim bedah saraf RS Siloam Jakarta yang dipimpin Prof. Dr. dr. Eka J. Wahjoepramono, Sp.BS(K) mengadakan penyuluhan dan bakti sosial di Halmahera Utara, serta turut melakukan operasi VP shunt pada seorang anak penderita hidrosefalus di RSUD Tobelo.

Jejak Masa Depan

Sejarah adalah guru kehidupan. Dengan mengenal sejarah, manusia dapat memperoleh inspirasi untuk bertindak lebih baik daripada pendahulunya. Melalui sepenggal kisah sejarah bedah saraf Maluku Utara ini, penulis berharap agar masyarakat semakin mengenal dan merasa memiliki layanan bedah saraf ini, sehingga semakin waspada serta tidak sungkan memeriksakan diri, anggota keluarga, maupun anggota masyarakat yang sekiranya menderita penyakit yang dapat ditolong melalui tindakan bedah saraf.

Secara khusus, besar harapan penulis agar unsur pemerintah daerah Maluku Utara tetap berkomitmen dan konsisten mendukung peningkatan mutu layanan kesehatan secara umum, agar jejak pelayanan bedah saraf dapat terus tercetak dan semakin bermanfaat bagi sesama. Ad Maiorem Dei Gloriam! (*) 

NB: Penulis berterima kasih kepada Alwan Arif, S.ST.,An yang turut menyediakan fakta sejarah seputar operasi Prof. dr. R.M. Padmosantjojo, Sp.BS(K) pada tahun 1993 dan 1995.