Realitas ini seolah ikut membentuk mentalitas dan orientasi berpikirnya untuk menatap masa depan dengan beban tanggung jawab serta amanah yang dipercayakan oleh masyarakat sebagai kepala desa terhitung sejak pelantikannya pada Desember 2019 silam. Kini dirinya mengemban tugas mulia untuk memimpin 348 jiwa penduduk yang 99 persen mata pencahariannya adalah nelayan.

Bung Ijal bergelut bersama masyarakat yang memiliki spirit dan visi sama mengembangkan Akebay menjadi desa wisata dan sangat strategis dalam hal pengembangan ekowisata yang ramai dikunjungi wisatawan sebagaimana kita saksikan saat ini. Bukan sekadar warga sekitar seperti dari Kota Ternate, melainkan dari berbagai daerah dari luar Provinsi Maluku Utara hingga berbagai negara seperti Perancis, Swis, Spanyol, dan lain-lain termasuk yang paling terakhir adalah kunjungan mahasiswa pascasarjana dari Australia yang turut memberikan training kepada kelompok sadar wisata dan masyarakat setempat di kawasan wisata Pantai Akebay 2 pekan lalu.

Berbagai pelatihan aktif diikuti oleh Bung Ijal sang kepala desa bersama para warganya, antara lain yang berkaitan dengan kepariwisataan seperti homestay dan berbagai tematik yang berkaitan dengan pengembangan destinasi wisata dan lain-lain. Hal ini tentu menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan Akebay secara profesional.

Berbagai fasilitas yang dibutuhkan pengunjung setidaknya dapat tersedia di sini seperti kebutuhan makanan ringan dan minuman, toilet hingga 8 homestay yang siap melayani para wisatawan. Menurut Bung Ijal, di tahun 2024 mendatang akan dibangun 3 buah cottage di sekitar kawasan Akebay. Hal ini bertujuan memberikan pelayanan ekstra kepada para wisatawan yang berkunjung serta memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk lebih lama tinggal di Akebay guna mengeksplorasi berbagai potensi yang tersedia, baik alam dan budaya serta sejarah dan masyarakatnya.

Bagi tamu asing luar negeri yang berkunjung ke Akebay tentunya tak perlu merasa hawatir untuk urusan penerjemahan bahasa karena dua warga Akebay yang saat ini berstatus mahasiswa sangat membantu melayani sebagai guide bagi para turis mancanegara. Untuk aspek keamanan bisa dipastikan tak akan menemui masalah yang berarti karena di kawasan Akebay ini juga difasilitasi CCTV serta masyarakatnya yang ramah serta mengedepankan keselamatan dan keamanan serta kenyamanan para pengunjung.

Bagi yang akan menunaikan ibadah khususnya bagi kalangan muslim juga disediakan sebuah musala, demikian pula kebutuhan makan dan minum yang dapat dijamu oleh para ibu-ibu yang mengelola 7 warung dengan ragam cita rasa kuliner khas Akebay Maitara, di antaranya yang sangat populer adalah buah sukun atau dalam bahasa lokal disebut amo.

Sang kepala desa yang enerjik, milenialis, dikenal ramah dan cerdas juga dekat dengan semua kalangan sehingga menjadikan interaksi antarsesama warga lintas kalangan tidak menjadi kaku atau berjarak antara satu sama lain. Demikian pula hubungan interaksi dan komunikasi yang terjalin dengan para wisatawan terasa mengalir secara alamiah penuh canda gurau dan dinamis dalam memperbincangkan berbagai hal tentang Akebay dan segala potensinya.