Jika dilihat dari citra satelit cuaca, pertumbuhan awan Cumulonimbus muncul di Halmahera; bergerak menuju wilayah Halmahera Tengah pada pukul 07.00 UTC atau 16.00 WIT dan mengalami fase peluruhan hingga pukul 08.30 UTC atau 17.30 WIT.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Sultan Babullah Ternate Setiawan Sri Raharjo mengaku selama dirinya bertugas di Maluku Utara, fenomena ini baru dijumpai.

“Fenomena hujan es adalah salah satu peristiwa meteorologi yang cukup langka. Dengan adanya fenomena hujan es suatu tanda adanya pemanasan suhu laut yang tinggi sehingga terjadi labilitas yang kuat dan menjadi peluang tumbuhnya awan cumulus menghasilkan hujan lebat disertai angin atau kristal es yang merugikan kita,” tuturnya, Selasa (17/1).

“Kita perlu menjaga kestabilan suhu dengan ramah terhadap alam dan jika terjadi awan cumulus seperti cumulonimbus perlu waspada angin kencang dan hujan lebat atau hujan es dengan bijak memilih waktu beraktivitas yang tepat dan sadar terhadap pentingnya melihat info prakiraan cuaca untuk keselamatan kita,” jelasnya.

Ditanya sesuai analisis apakah fenomena ini juga punya potensi terjadi di daerah lain ada di Maluku Utara, ia mengaku memungkinkan.

“Memungkinkan jika syarat-syarat terjadinya terpenuhi,” tandasnya.