Nampak program kegiatan pariwisata Morotai masih menempatkan budaya sebatas pelengkap event-event yang diselenggarakan pemerintah daerah. Menjadikan potensi wisata alam dan sejarah sebagai ikon pembangunan ada benarnya.

Menurut hemat saya, perlu dikaji kembali fokus pembangunan pariwisata Pulau Morotai ke depannya. Sebab pengembangan pariwisata alam akan menghadapi tantangan perubahan iklim yang akan memberikan dampak signifikan terhadap penurunan potensi sumber daya pariwisata Morotai karena perubahan iklim akan berisiko menaikkan suhu bumi dan juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, dan ekosistem wilayah pesisir.

Jika Morotai tanpa Pulau dodola, Pulau Kokoya, Pulau Mitita atau pulau-pulau kecil lainnya maka apakah pariwisata Morotai masih dapat kita dipertahankan tanpa membangun fondasi budaya pariwisata yang kuat, jawabannya tidak. Begitu pula pembangunan pariwisata yang menempatkan sektor wisata sejarah Perang Dunia II sebagai subsektor pengembangan pariwisata dengan membesar-besarkan kebesaran Jenderal McArthur perlu dikaji kembali karena tidak memberikan efek kunjungan wisnu dan wisman yang berkonstribusi terhadap citra dan pendapatan daerah.

Akan tetapi jika pariwisata Morotai dikembangkan dengan menempatkan budaya Morotai leading sector secara berkelanjutan tanpa pulau-pulau di atas dan tanpa Jenderal McArthur masih memungkinkan pariwisata Morotai dapat terus dipertahankan dan dikembangkan. Pemajuan kebudayan Morotai sebagai fondasi pembangunan ekonomi parwisata daerah dapat dipertimbangkan sebagai solusi alternatif masa depan pariwisata Morotai. Sebab menempatkan budaya Morotai hanya sebagai penunjang wisata dan bukan prioritas utama mengembangkannya secara berkelanjutan merupakan kunci kegagalan dari proses pembangunan pariwisata yang digagas pemerintah Morotai selama ini.

Potensi budaya Morotai seperti seni tari dan musik tradisional serta budaya lain harus dibudayakan secara berkelanjutan, akan tetapi membangun parwisata budaya memerlukan ekosistem kebudayaan yang laksanakan secara berkelanjutan tidak bersifat temporar atau insidensial. Sebuah diskusi komunitas yang digagas oleh Komunitas Fala Moi Art tentang Siasat Ekosistem Kebudayaan Morotai pada tanggal 14 Januari 2023 mengungkapkan bahwa Morotai memiliki seni budaya yang telah terbentuk dan tersebar di berbagai desa seperti seni budaya kampung Mira, seni budaya kampung Bere-bere, seni budaya kampung Gorap Pilo, seni budaya kampung Sangowo dan terdapat berbagai komunitas seperti komunitas Poselo yang berfokus pada tarian, komunitas Moroporguhu yang berfokus pada musik tradisional, bambu tada serta komunitas-komunitas lain.