Oleh: Arsad Suni, S.Kep,Ns., M.Kep
_______
VIRUS corona pertama kali muncul pada Desember 2019 dan pada awal tahun 2020 dunia dikejutkan dengan penyakit Covid-19 yang penyebarannya semakin meluas hingga bulan Maret 2020 oleh WHO dideklarasikan sebagai Pandemi Global. Pandemi tersebut hingga saat ini belum berakhir dan menyebabkan krisis kesehatan global yang menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan, sosial, ekonomi, maupun psikologis. Salah satu dampak psikologis adalah stres, yang apabila tidak diatasi dapat mengganggu proses kehidupan.
Di Indonesia, virus corona pertama kali ditemukan pada tanggal 2 Maret 2020 setelah 2 orang dinyatakan positif Covid-19 (Putri, 2020). Provinsi dengan angka kejadian kasus Covid-19 yang paling tinggi saat itu adalah DKI Jakarta. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tertanggal 15 Juni 2020 menyebutkan jumlah kumulatif sebanyak 8.968 kasus positif (Iskandar, 2020).
Sebagai upaya menghentikan laju penyebaran virus sebagian besar pemerintah di dunia menerapkan pembatasan kontak sosial mulai dari jaga jarak sosial, isolasi diri di rumah, pembatasan interaksi di luar rumah. Kebijakan serupa dilakukan di Indonesia yang dikenal dengan istilah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dengan kerja dari rumah, belajar dari rumah, dan ibadah di rumah, jaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan dilarang berkerumun dalam jumlah yang banyak (Gitiyarko, 2020). Masyarakat diminta berdiam di rumah dan mengurangi kegiatan di luar rumah dan membatasi pertemuan. Kondisi pembatasan interaksi sosial dan hanya tinggal di rumah dalam waktu lama tentu berpengaruh pada kesehatan mental (Dewi, 2020).
Pandemi Covid-19 telah menjadi bencana di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dampaknya tidak hanya pada aspek kesehatan saja, perekonomian dan sosial juga ikut terdampak oleh Covid-19. Masyarakat tidak hanya khawatir tertular Covid-19, mereka juga resah masalah finansial, pekerjaan, masa depan, dan kondisi setelah pandemi. Mereka juga harus beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam kehidpuan sehari-hari, dan jika kesulitan menghadapinya dapat meningkatkan stress.
Ketika stres sudah menjadi kronis dan menimbulkan gejala-gejala seperti migrain, penyakit jantung dan stroke, diabetes, tekanan darah tinggi, depresi, dan gangguan kecemasan akan sangat berpengaruh pada individu yang sudah memiliki riwayat penyakit kronis sebelumnya. Untuk itu, diperlukan suatu metode untuk mengelola yang dikenal dengan manajemen stres sehingga stres tidak berlarut-larut dirasakan oleh setiap individu.
Tinggalkan Balasan