Menurutnya, ini bisa dilakukan apabila materil barat dalam menghegemoni wilayah timur itu ada arsipnya. Melalui arsip kata Imam, bukan untuk menangisi masa lalu atau menyesali sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu, namun mempelajari hal itu untuk mengsinpirasi agar tak lagi di hegemoni oleh kekuatan asing.
“Semua orang harus belajar dari daerah (Malut) ini,” cetusnya.
Imam menambahkan, negara Indonesia sejauh ini masih belajar ke Leiden atau Inggris terkait arsip. Hal itu menurutnya, karena Arsiparis belum bekerja secara maksimal dalam menyelematkan arsipnya.
Dalam konteks Rakorda ini, kata Imam, tentu saja ada tujuan besar yaitu mengoptimalkan penyelenggaraan kearsipan sehingga arsipnya menjadi tertib kemudian transformasi digital bisa dilakukan.
“Ini tentu saja memori kolektif bangsa bisa kita selamatkan,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan