“Setiap kabupaten ada 10 desa dan rata-rata per desa diturunkan sebanyak 5 mahasiswa. Kegiatan tematik ini selama satu bulan, untuk mahasiswa turun ke lokasi itu kita masih menunggu konfirmasi dari kementerian karena memang teknisnya kita fasilitasi, tetapi untuk segala menyangkut dengan kegiatan operasional lapangan seluruhnya dari kementerian jadi kita menunggu kapan waktu keberangkatan mahasiswa ke lokasi,” terangnya.

Para mahasiswa diwajibkan melakukan pelaporan saat KKN. Jadi mereka akan bertemu kepala desa dan perangkat desa lainnya.

“Dengan itu mereka bisa memetakan, menggali potensi apa saja yang perlu dikembangkan di desa. Setelah itu mereka bersepakat dengan kades beserta perangkat memprioritaskan kira-kira program mana menjadi penting dan sangat mendesak untuk dilakukan dalam rangka pengembangan sumber daya maupun potensi desa. Maka itu, program mereka jelas, tegas dan terukur. Terukur artinya bahwa seluruh kegiatan itu riil dapat dirasakan masyarakat,” sambung Syawal.

Menurutnya, kegiatan ini beda dengan KKN reguler. KKN reguler pada programnya tidak dipaksakan fokusnya. Tetapi KKN tematik khusus fokus pada program tertentu yang menjadi prioritas desa yang dibutuhkan masyarakat desa.

“Biaya ditangani oleh kementerian, termasuk biaya pembekalan, transportasi mahasiswa, inisiatif program kemudian biaya hidup dan biaya lainnya,” akunya.