Model Rekrutmen
Ada kecenderungan partai politik merekrut dan menyeleksi kader menjadi wakilnya selalu menggunakan pendekatan elektabilitas, popularitas bahkan finansial. Makanya tidak mengherankan mereka yang memiliki popularitas seperti artis, tokoh agama dan kalangan pengusaha selalu menjadi incaran parpol.

Rekrutmen dengan pendekatan elektabilitas dan popularitas, apalagi finansial, bagi partai politik sah-sah saja. Ini karena partai politik menghendaki perolehan kursi maksimal di lembaga legislatif. Jumlah kursi juga menjadi salah satu indikator keberhasilan ketua partai.

Tetapi mesti dipahami keberadaan partai politik tidak sebatas melaksanakan rekruitmen politik tapi partai politik juga berperan sebagai komunikasi politik dan sosialisasi politik dalam menyerap dan menyalurkan aspirasi serta merumuskan kebijakan politik.

Dalam konteks ini partai politik dan elitnya harus melaksanakan mekanisme rekrutmen politik yang menghasilkan politisi berkualitas di masyarakat. Ada banyak model rekrutmen dan seleksi. Lili Romli menyebutkan beberapa model rekrutmen di antaranya merekrut dengan pendekatan partisan yaitu pola rekrutmen dengan mengutamakan pendukung yang memiliki loyalitas tinggi terhadap partai. Dalam pendekatan ini mereka yang hidup menjadi “abdi” partai menjadi perhatian dalam proses rekrutmen.

Compartmentalization yaitu proses rekrutmen yang didasarkan pada latar pendidikan, pengalaman organisasi dan kegiatan politik. Pendekatan ini menjadi penting bagi partai politik karena memiliki kader yang mumpuni baik pengalaman dan pengetahuan. Model ini diyakini mampu membawa visi partai, aspirasi konstituen bahkan mereka kompetitif dengan kader partai lain dalam proses interest aggregation maupun interest articulation.