Jogja, Bali, Lombok, mereka sangat kental dengan kebudayaannya, karena mereka simpan betul bagaimana arsip-arsip mereka yakini sebagai nilai yang perlu dirawat. Adakah rumah arsip yang bukan hanya sekadar tempat dokumen yang penuhi debu, melainkan merawat memorinya.
Seberapa intens pemerintah memberikan edukasi arsip -bagaimana cara mengarsip, apa perlu kita kita simpan pengelolaan sebagai arsip untuk menjaganya. Pertanyaannya itulah yang seharusnya dijawab pemerintah untuk mutu pendidikan di masyarakat. Sejarah kita besar, namun kehilangan fungsinya -kita hanya memakai narasi sejarah dalam ruang-ruang diskusi, tapi untuk pemanfaatan ruang belum terjaga dengan baik. Kita membutuhkan pelaku-pelaku kebudayaan sebagai tokoh yang berpengaruh, tanpa perlu masuk dalam gejolak-gejolak sentimen yang kaku.
Hampir sebagian orang hebat di negeri Maluku Utara jarang membicarakan kemajuan daerah dalam aspek kebudayaan dan kesenian, melainkan argumentasi yang berkembang yang terkesan sangat politis. Sengaja saya keluar dari pokok pembahasan untuk memenuhi otokritik kebijakan.
Kita kembali lagi, seberapa pengaruh kita membangun pokok-pokok pikiran kemajuan kota. Maka perlu pintu-pintu kolaborasi. Karena dasar pikir budaya kita bukan dibesarkan dengan narasi membaca apalagi menulis melainkan tradisi lisan. Maka untuk menyakinkan anak-anak membaca, menulis, bahkan menjadi penulis, novelis, esai, penyair, barangkali kita membutuhkan pertanyaan besar pada diri kita sendiri, sebelum terlalu ego membicarakan buku ini atau itu harus ada di mobil, taman kota, di kantor, atau di dalam cafe-cafe, kita perlu mem-branding bahwa kolaborasi atau jejaring adalah kiblat dari membangun kota kreatif. Tentu semua dimulai dari narasi, riset, bahkan dokumen-dokumen sejarah yang perlu sama-sama di pelajari. Kalau tidak, kita hanya bernostalgia dengan romantisme sejarah tanpa memahami akar kebudayaan kita sendiri.
Seberapa Penting Literasi
Literasi adalah peradaban, segala aspek membutuhkan literasi sebagai penghubung. Maka untuk sampai pada tujuan dari membangun ekosistem, kita akan bertemu dengan kemajuan, fungsinya adalah kesejahteraan. Cak Nun, seorang prosai juga pernah hidup dari menulis, buku-bukunya banyak bercerita tentang kehidupan orang pinggiran dengan gaya nyentrik. Bahkan hampir dari 50 buku pernah dia tuliskan, artinya kita akan sampai pada tujuan itu jika proses atau apa menjadi basic dasar kita dipahami sebagai kemajuan dalam gagasan.
Tinggalkan Balasan