Mungkin ia adalah sekian dari banyaknya yang ingin bertanya lebih jauh tentang Coka Iba, seperti; Mengapa harus memukul orang pada siang hari dengan mengenakan Coka Iba? Tujuan memukul untuk apa? Lantas kaitannya dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW seperti apa?

Di Maluku Utara, Halmahera Tengah, tepatnya di Kecamatan Patani, masyarakatnya memiliki tradisi unik yang dipentaskan setiap maulid Nabi Muhammad SAW, tradisi itu disebut Coka Iba. Coka Iba merupakan ritual dari tiga negeri bersaudara yaitu Weda, Patani dan Maba yang lebih dikenal dengan sebutan Fagogoru.

Menurut Junaidi Ohorellah, Pemerhati Budaya Patani, awal mula Coka Iba dikenal dengan nama Ta Ipa (Bahasa Patani yang berarti Bukan Dia), Cogo Ipa oleh Weda (Bukan Dia) dan Ipa Ce oleh Maba (Bukan Dia), yang dibawa oleh salah satu ulama yang datang di negeri Fagogoru untuk menyiarkan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Jika para Wali Songo menggunakan wayang dalam menyiarkan ajaran Islam, ulama yang datang di negeri Fagogoru (Weda, Patani dan Maba) menggunakan Ta Ipa sebagai media untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa berhala-berhala itu (Bukan Dia) yang maha kuasa, melainkan Allah SWT adalah Tuhan seru sekalian alam.

Setelah wilayah Fagogoru diminta untuk bersama-sama Kesultanan Tidore dalam menumpas misi zionisme di masa Sultan Jamaluddin, kemudian disatukan nama tersebut menjadi Coka Iba (Topeng Setan) yang hingga saat ini dikenal masyarakat luas. Representasi Coka Iba ini lebih kepada pengenalan diri. Yakni dari empat jenis Coka Iba di antaranya yang pertama Coka Iba Yay (kayu) berjumlah 7 orang, kedua Coka Iba Gof (bambu) berjumlah 4 pasangan, ketiga Coka Iba Iripala (pelepah pohon sagu) berjumlah 44 pasangan, dan Coka Iba Nok (tanah) berjumlah 2 orang, yang merujuk pada 4 anasir (Api, Air, Angin dan Tanah), ke semuanya berjumlah 99 yang melambangkan Asmaul Husna.

Dikisahkan juga kelahiran Nabi Muhammad SAW, seluruh alam semesta pun ikut bergembira. Bahkan manusia, jin dan iblis pun ikut bergembira.