Syarif bilang, tempat-tempat yang banyak menghasilkan sampah seperti pasar dan pertokoan akan masuk dalam sebuah pilot projects DLH. Seperti sampah di Pasar Higienis Bahari Berkesan kini ada yang mulai diolah menjadi batako.
Batako atau batu bata itu dibuat dari abu hasil pembakaran sampah di insinerator yang dicampur dengan semen.
“Yang kita sudah buat sekarang adalah pemanfaatan sisa bakaran sampah pasar menjadi batako atau batu bata. Sekarang kita lagi produksi, kita lagi ujicoba kualitasnya, nanti kalau sudah layak kita akan produksi massal,” jelas dia.
Tidak hanya batako, sesuai perencanaan pada Oktober 2022 nanti akan ada lagi terobosan pengolahan sampah dibuat menjadi ekoenzim. Produk ekoenzim seperti pupuk cair, cairan handsanitaiser, cairan pembersih lantai hingga menjadi zat penjernih air, akan dibuat dari sampah sayur-sayuran dan buah-buahan.
“Sebelum sampah buah itu membusuk dan mereka mau membuang, nah itu kita ambil dan kita fermentasikan selama tiga bulan, setelah tiga bulan dia produksi menjadi ekoenzim dan ekoenzim ini bisa juga untuk pengolahan air limbah juga selain untuk pupuk juga dia bisa menjernihkan air, meningkatkan kualitas air yang tadinya jelek menjadi bagus,” jelas Syarif.
Untuk pengolahan produk ekoenzim, kata dia, DLH akan bekerjasama dengan Komunitas Ekoenzim Maluku Utara yang diketuai oleh Anggota DPRD Maluku Utara, Ishak Naser.
Tinggalkan Balasan