”Separuh dunia ada di situ,”pekik Cleopatra, seperti peribahasa buku adalah jendela dunia.

Dalam novel berjudul Cleopatra, sastrawan besar Bernard Shaw menulis: Cleopatra lahir tahun 69 SM, wafat 30 SM. Nama aslinya Thea Philopator. Ia, Ratu Mesir VII tahun 193-176 SM, dan memegang tampuk kekuasaan tahun 180 SM. Dalam sejarah, ia terkenal sebagai wanita cantik, ambisius pula.

Perpustakaan Alexandria menjadi pusat belajar di zaman itu, terbaca dalam sejumlah buku, di antaranya yang dieditori Roy MacLeod, The Library of Alexandria: Center of Learning in the Ancient World. Tak heran, Cleopatra tak memikirkan harta di dalam Istana yang terbakar, melainkan perpustakaan dan koleksinya.

Perpustakaan tak hanya menyimpan jendela-jendela dunia, oleh Clepatra disebut “separuh dunia.” Banyak penulis terinspirasi perpustakaan untuk memroduksi berbagai jendela dunia, fiksi maupun non fiksi. Sekadar contoh, The Magic Library buah pena-fantasi Jostein Gaarder; The Library of Night, Alberto Manguel; The Paris Library, Janet Skeslien Charles; The Midnight Library, oleh Matt Haig; dan bagian dari cerita The Chemist karya Stephenie Meyer, yang menjadi best seller internasional.

Tak sedikit pula orang yang merasakan dampak pengalaman langsung bergumul dengan perpustakaan, yang tak mungkin kami sertakan semua di sini. Seperti ungkapan penulis Amerika, Sidney Sheldon, “perpustakaan menyimpan energi yang memicu imajinasi. Mereka membuka jendela ke dunia dan menginspirasi kita untuk mengeksplorasi dan mencapai, dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup kita.” Penulis serial novel The a Court, Sarah J. Maas: “perpustakaan penuh dengan ide–mungkin senjata yang paling berbahaya dan kuat dari semua senjata.”