Beberapa langkah tersebut akan menjadi penyangga globalisasi saat ini yang kalau ini dibiarkan lambat laun bisa menjadi ancaman bagi kearifan lokal. Terlebih lagi, kata dia, maraknya kehadiran orang asing lewat perusahaan-perusahaan tambang turut membawa interaksi dengan generasi muda.
“Perlu juga dihidupkan kembali ekonomi kreatif dan perlu dilombakan seperti di sekolah, makannya dilombakan tiap kelas itu upaya kuat mencintai budaya lokal, kita jaga semua melalui kurikulum lokal biar dipertahankan,” tambahnya.
Di Ternate sendiri, lanjut Syahril, masih terlalu minim perhatian terkait merawat tradisi terutama cakar budaya atau pun warisan budaya benda.
“Ketimbang dengan Halmahera Selatan, Sula, Halmahera Tengah, dan saat ini kami dari masyarakat sejarawan Indonesia sedang mendampingi untuk mempresentasi budaya warisan di tahun ini, telah diloloskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan