“Ini merupakan suatu kekuatan yang selalu membutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk komunitas-komunitas kreatif. Sebagai bentuk dukungan bagi komunitas kreatif khususnya para sineas lokal maka Pemerintah Kota Ternate pada momentum perayaan hari jadi kota Ternate ke-772 tahun pada bulan Desember nanti akan membuat lomba film pada setiap kelurahan dengan tematik kota rempah,” pungkas Risal.
Sementara Abdul Djalil Djayali, S.T., M.Kom, akademisi Aikom Ternate mengatakan berdasarkan data yang dihimpun, terdapat 30-an persen dari populasi jumlah penduduk Maluku Utara adalah para pengguna digital. Akan tetapi hal ini bukan berarti lamban jumlahnya melainkan terus meningkat sehingga sangatlah diperlukan peran orang tua dalam melakukan pengawasan dalam penggunaan layanan internet dan digital.
“Dimana ada sebuah gejala yang dikenal dengaan istilah “narkolema” atau narkoba lewat mata. Oleh sebab itu maka aktivitas penggunaan internet dan digital perlu mendapat pengawasan dari pihak orang tua jika tidak maka hal tersebut bisa berdampak berbahaya,” ujarnya.

Sementara itu, dari sudut pandang etika digital, Indonesia sendiri berada di urutan ke 29 dari 30 negara dalam hal indeks etika digital. Realitas ini menunjukan adanya peningkatan kesadaran yang terlahir oleh program-program literasi digital sebagaimana yang sedang diselenggarakan saat ini.
Saya Khoko sebagai salah satu konten kreator yang tampil pada malam itu memberikan wejangan-wejangan menariknya yang berkaitan dengan pengalaman pribadinya dalam menggeluti dunia digital sebagai konten kreator di Maluku Utara.
Menurut Khoko, hal penting dalam membangun sebuah personal branding atau branding komunitas adalah dengan merawat komitmen untuk terus eksis dan berkiprah dalam dunia digital tertentu. Kerja keras dan konsistensi inilah yang akan mampu mengantarkan seseorang atau sebuah komunitas dapat mampuh bertahan dari berbagai tantangan.
Tinggalkan Balasan