Oleh: Herman Oesman
Dosen Departemen Sosiologi FISIP UMMU
______
“…Pencarian ilmu sosial yang relevan merupakan sebuah proyek yang membebaskan. Ia merupakan diskursus yang menyejarah, kontrakolonial, dan neokolonial..” (Syed Farid Alatas, 2010 : 217)
TAHUN 1996, terbit sebuah buku yang ditulis Anwar Ibrahim, The Asian Renaissance (Mizan Bandung menerbitkannya kembali dalam versi Bahasa Indonesia, “Renaisans Asia,” 1997). Dalam buku ini, Anwar memperlihatkan kemampuan intelektualnya dalam mengamati simbiosis Barat dan Timur, ekonomi manusiawi, demokrasi dan masyarakat madani (civil society), keadilan dan hukum, etika dan ekonomi, keutamaan budaya, Islam di Asia Tenggara, dan masa depan Asia. Walau pun buku ini lebih berkaitan dengan analisis ekonomi soal kebangkitan Asia, kiranya, Anwar telah memberikan kita secercah harapan tentang kekuatan Asia di masa depan. Tidak hanya Anwar yang mencoba memberikan harapan-harapan, untuk membangun kembali Asia.
Tidak hanya bidang ekonomi. Justru jauh sebelumnya pada bidang pemikiran, di tahun 1972, Prof Syed Hussein Alatas mengeluarkan sebuah konsep penting dengan apa yang disebutnya captive mind, pikiran terbelenggu, yang dicirikan dengan cara berfikir yang dikuasai pemikiran Barat, selalu meniru dan tidak kritis. Konsep ini ditelurkan Syed Hussein Alatas, sebagai suatu kritik terkait dengan dominasi pemikiran Barat dalam ilmu-ilmu sosial di Asia, sehingga upaya untuk memahami masyarakat asli (indigenize) begitu terkucilkan. Syed Farid Alatas dalam karyanya “Diskursus Alternatif dalam Ilmu Sosial Asia; Tanggapan Terhadap Eurosentrisme” mencoba menguraikan bagaimana captive mind itu, yang disebutnya dengan Teori Benak Terbelenggu. Sementara captive mind, adalah “benak yang meniru dan tak kreatif dengan cara berpikir menggunakan kategori dan mode Barat.” (Alatas, 2010 : 34- 41).
Imperialisme memang bukan hanya soal ekonomi dan politik. Tapi juga dalam bidang pemikiran. Menurut Farid yang mengutip pemikiran Syed Hussein Alatas, ayahnya sendiri, bahwa terdapat enam ciri imperialisme: eksploitasi, pengawasan, penyesuaian (conformity), penempatan pihak terdominasi ke dalam peran sekunder dalam masyarakat, rasionalisasi imperialisme secara intelektual, dan watak inferior yang ditanamkan para penguasa imperialisme. Karakteristik imperialisme ini menjalankan beroperasinya melalui penundukan secara politik, ekonomi, dan sosial oleh bangsa lain.
Tinggalkan Balasan