“Jadi mulai mulai saat itu saya tinggal di Dusun Eri,” tukas Ade.
Saat konflik komunal di Ambon antara dua pemeluk agama berbeda, Ade masih tinggal di Dusun Eri. Di rumah keluarga Latuary yang notabene berbeda keyakinan dengannya.
“Namun atas dasar persaudaraan dan rasa kasih sayang (pela gandong), kami selamat sampai berhasil kembali ke kampung halaman dalam keadaan aman dan tidak kurang satu apapun. Ini menunjukkan bahwa rasa persaudaraan dan kasih sayang melebihi rasa fanatisme terhadap masing-masing kepercayaan dan keyakinan. Sampai dengan saat ini, tali persaudaraan dan kekeluargaan antara kami dan keluarga Latuary di Eri masih tetap terjaga dan sampai kapan pun walaupun belum ada kesempatan untuk berkumpul kembali,” ucapnya.
Tahun 2002 Ade kembali ke kampung halaman. Sepanjang 2003-2006 ia sempat mengabdikan diri mengajar di beberapa sekolah.
Lalu pada April tahun 2006 Ade mengikuti seleksi CPNS dosen dan berhasil lulus sebagai PNS dosen di Universitas Khairun Ternate. Pada 30 Mei 2009 ia melepas masa lajang dengan menikahi seorang gadis berdarah Bugis, Nuraini Azis.
Ade lantas menempuh pendidikan magister melalui beasiswa BPPDN Dikti pada 2010. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang jadi pilihannya.
Tinggalkan Balasan