Dia menjelaskan, kunjungan kalangan sekolah dasar dan menengah juga sangatlah penting sebagai upaya edukasi dalam konteks pembelajaran tentang sejarah khususnya dalam kaitannya dengan program nasional Kemdikbud tentang Jalur Rempah yang akan berlangsung hingga 2024 mendatang maupun relevansinya dengan city branding Ternate sebagai Kota Rempah.

“Dengan demikian maka rempah- rempah dikenal sebagai sesuatu yang dekat dalam sanubari dan interaksi kehidupan masyarakat bukan sebaliknya sekadar branding yang jauh dalam imajinasi,” terang Rinto.

Dalam keseharian, sambungnya, Museum Rempah hampir setiap malam menjadi ruang edukasi mahasiswa khususnya kegiatan kajian akademik dari organisasi kemahasiswaan dan organisasi pergerakan dari lintas perguruan tinggi.

“Nah inilah keunggulan museum rempah-rempah yang selain sebagai ruang pusaka dan ruang kreatif (creative hub) juga menjadi ruang akademik yang hidup dengan rutinitas intelektualnya,” tandasnya.