Selain itu, ada juga program lain yang dijalankan hampir bersamaan, seperti kegiatan penelitian prodi.

“Alasan kami memilih Tidore sebagai tempat kegiatan, pertama, jarak sangat dekat dan objek PKM yang representatif. Kami akan fokus pada situs makam dan benteng yang ada di Tidore. Hal yang paling penting adalah aktivitas vandalisme yang semakin masif di benteng dan makam harus segera diatasi. Untuk persoalan ini, masyarakat tentu butuh proses edukasi yang tidak biasa, untuk itu pendekatan Sejarah Islam menjadi opsi utamanya,” jelasnya.

Menurutnya, tujuan utama dari kegiatan ini adalah mampu menciptakan masyarakat yang berkarakter pelestari sejarah. Sebab menjaga keberlangsungan situs sejarah adalah tugas bersama yang tidak bisa ditawar-tawar.

“Masyarakat selama ini terlalu menaruh harapan besar pada pemerintah terkait tanggung jawab melestarikan situs sejarah. Perlu ditegaskan ke masyarakat bahwa kita semua punya tugas yang sama dalam menjaga peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut. Situs-situs itu adalah bagian dari identitas kita di Maluku Utara, sehingga menjaga kelangsungannya adalah hal yang mutlak,” tandas Misbah.