Sampai dengan awal abad ke-17 Masehi, cengkeh dan pala hanya bisa ditemukan kepulauan Maluku bagian utara dan Banda.

Sebagai masyarakat bahari, orang-orang Ternate dan Tidore sangat akrab dengan lautan. Laut bukanlah pemisah bagi pulau-pulau mereka, tapi justru pemersatu bagi masyarakat yang beragam, mendampingi memori kolektif kejayaan rempah Nusantara yang pernah mengharumkan nama Maluku dalam kancah perdagangan dunia.

Tradisi berperahu dengan menggunakan perahu Kora-Kora yang dulu digunakan untuk pelayaran Hongi masih terus dilestarikan.

Para Laskar Rempah saat berkunjung ke Benteng Oranje. (Istimewa)

Peradaban rempah di wilayah ini pada suatu masa telah menciptakan laboratorium keragaman bangsa-bangsa dunia.

Semua keragaman itu tercermin dengan jelas dalam bentuk seni budaya Maluku pada saat ini.

Di Ternate, masih tersisa benteng-benteng yang bersaksi atas sengitnya kompetisi perdagangan rempah-rempah antarbangsa di dunia.